Transformasi Pendidikan Berlandaskan Filosofi KHD
e-Pendidikan - Transformasi Pendidikan Berlandaskan Filosofi Ki Hadjar Dewantara terbagi menjadi tiga kategori ulasan yaitu Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan transformasi pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak, Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir - pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode Montessori dan Taman Anak Frobel), dan Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila.
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan transformasi pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak
- Ki Hajar Dewantara (KHD) berpendapat bahwa Pendidikan memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
- Makna kata menuntun sesuai sistem among mengkiaskan bahwa guru terhadap murid harus berfikir, berperasaan dan bersikap. Seorang guru semestinya mampu menjadi pamong, mendidik dengan welas asih sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan si anak. Sistem pendidikan yang terbaik adalah yang mampu menumbuhkan disiplin dan pemahaman mengenai kesejatian hidup dari dalam diri siswa sendiri.
- Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, merdeka disini memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Maka dari hal itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan batin serta tenaganya.
- Bermain merupakan kodrat anak. menurut KHD, Permainan anak itulah pendidikan. Ki Hajar Dewantara (Pendidikan, halaman 241). Dalam hal ini pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran bisa diintegraskan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
- Seorang guru harus ‘menghamba kepada anak” yang berarti memberikan pelayanan yang optimal bagi tumbuh kembang anak, dengan mempertimbangkan segala hal yang mendukung dalam memfasilitasi dan memotivasi proses anak membangun pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
- Konsep pendidikan budi pekerti Ki Hajar Dewantara bahwa budi pekerti berarti pikiran, perasaan, dan kemauan. Budi pekerti merupakan sifat jiwa, dari angan-angan sampai terjelma menjadi tenaga. Sehingga konsep pendidikan Ki Hajar dapat dikonklusikan bahwa pendidikan merupakan upaya pemanusiaan manusia secara manusiawi, utuh, dan mengarah pada kemerdekaan lahiriyah dan bathiniyah. sehingga pendidikan harus bersentuhan dengan upaya-upaya konkret berupa pengajaran dan pendidikan.
- Teori tabula rasa ini memandang anak-anak dengan cara yang sangat reduktif. Artinya tabula rasa merujuk pada teori yang menyatakan bahwa anak-anak terlahir tanpa isi, dengan kata lain bagaikan kertas kosong. Dengan memandang anak sebagai individu, kita lebih melibatkan anak dalam proses pendidikan untuk dirinya sendiri; kita mendengarkan dan memperhatikan pendapat mereka serta menjadikannya sebuah hal yang penting dalam proses pendidikan anak. Berangkat dari sudut pandang bahwa anak adalah seorang individu (bukan kertas kosong), menyatakan bahwa sebenarnya esensi pendidikan itu adalah mengeluarkan (potensi), bukan mengisi anak dengan potongan-potongan informasi.
- Guru terhadap murid harus berfikir, berperasaan dan bersikap sebagai Juru Tani terhadap tanaman yang dipeliharanya. Juru tani dapat memberi perlakuan pada padi yang ditanam dan dirawat dengan pupuk, mengairi lahan sawah, menyiangi rumput yang mengganggu, dan lainnya. Juru tani tidak dapat mengubah padi yang tumbuh dengan harapan dapat panen buah jagung. Pak tani haru stakluk pada kodrat padi. Kiasan ini dianalogikan seperti seorang guru dalam mendidik para siswanya. Guru walaupun hanya menuntun sangat besar manfaatnyabagi hidup tumbuhnya anak. Kias ini memberi makna bahwa guru tidak lagi mengajar hanya menjalankan pekerjaan, tetapi memperlakukan anak didiknya seperti anak kandunganya sendiri agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal.
Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir - pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode Montessori dan Taman Anak Frobel)
- Ki Hadjar Dewantara menjadikan pendidikan tidak bebas nilai, pendidikan mempunyai keberpihakan untuk kemerdekaan hidup untuk lahir dan bathin. Dalam menuntun anak Indonesia maka proses pendidikan harus memerdekakan anak yang berasaskan pada kodrat alam, keunikan dan karakter setiap anak.
- Ki Hadjar Dewantara membangun jalan tengah di antara sosok Montessori dan Frobel. KHD menyebut bahwa Frobel beraliran romatik atau lebih tepat sebagai sahabat anak, sedangkan Maria Montessori yang lebih rasionalis prinsip-prinsip pendidikannya berdasar pada data-data empiris atau lebih tepat dikatakan sebagai pemikir anak atau ahli tentang anak.
- Motessori sangat mementingkan panca indra dengan memberi kemerdekaan dan kebebasan yang sangat leluasa, dan permainan untuk mengaktifkan panca indra anak. Frobel sangat mementingkan permainan anak untuk membangkitkan jiwa anak, kegembiraan anak yang kebebasan masih terperintah.
- Oleh karena itu Ki Hadjar Dewantara menggunakan kedua konsep tersebut, yakni menjadikan permainan dan panca indra sebagai sesuatu yang tak terpisahkan serta melakukan pemaduan konsep kebebasan dengan batasan tertentu sehingga lahir ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani sebagai pendekatan pendidikan dan pancadarma pendidikan sebagai pegangan dalam menjadikan pendidikan yang memerdekakan.
Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
- Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
- Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila, Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
- Profil Pelajar Pancasila yang di dalamnya berisi karakter-karakter yang merujuk pada Pancasila, memberikan implikasi terhadap ketahanan pribadi siswa, dimana Profil Pelajar Pancasila ini mengarahkan siswa menjadi pribadi yang berkarakter sesuai dengan Pancasila yang terangkum dalam sebuah Profil Pelajar Pancasila.