Best Practice Membangun Kreatifitas Guru di Masa New Normal

Best Practice Membangun Kreatifitas Guru di Masa New Normal Melalui Kolaborasi IT-Masyarakat

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil`alamiin,  penulis  panjatkan puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan  Best Practice  yang berjudul “Membangun Kreativitas Guru di Masa New Normal Melalui Kolaborasi IT-Masyarakat”

Best Practice  ini dibuat sebagai bahan untuk memenuhi persyaratan mengikuti mengikuti  Lomba Guru Berprestasi dan Best Practice  tingkat Kabupaten Kebumen dalam rangka Hari Amal Bakti Kementerian Agama Ke 76 Tahun 2022, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kebumen. 

Penulis menyadari bahwa Best Practice  ini masih jauh dari kesempurnaan, yang tentunya masih harus mendapatkan banyak masukan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pengawas RA kecamatan Ayah,Bapak Hayat Sholihanto,S.Pd, M.Pd., khususnya kepada Ketua PD. IGRA kabupaten Kebumen, Ibu Siti Nafingatun, S.Pd.I yang senantiasa mendorong untuk selalu berkarya dan kreatif dalam memajukan pendidikan RA.   

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik berupa pikiran dan saran yang membangun untuk menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.  

Harapan penulis, semoga Best Practice  ini dapat memberikan motivasi kepada teman-teman sejawat untuk lebih bersemangat dalam membaca, menulis, dan berkarya dalam memajukan sekolah khususnya Raudlatul Athfal (RA) pada satuan pendidikan di wilayahnya. 

ABSTRAKSI

Judul   : Membangun Kreativitas Guru di Masa New Normal Melalui   Kolaborasi IT - Masyarakat.

Kata Kunci : Kreativitas, New Normal, Kolaborasi.

Penyusunan  Best Practice ini bertujuan untuk mengupayakan kemajuan kreativitas   guru Raudhatul Athfal Al Huda Tlogosari melalui kolaborasi IT – masyarakat di masa new normal masa pandemi Covid-19 pada tahun 2021-2022.

Hasil dari Best Practice ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi IT – masyarakat mampu membangun kreativitas guru-guru Raudhatul Athfal Al Huda Tlogosari pada masa new normal pandemi Covid -19. Banyak manfaat yang bisa diambil dari  kolaborasi ini.

Program ini dapat memberikan rasa nyaman  pada guru-guru RA Al Huda Tlogosari  dalam suasana pembelajaran luar jaringan yang familiar, penuh rasa sayang dan kreatif, dapat membangun kreativitas guru  dalam kegiatan .

Selain itu juga dapat mengenalkan RA Al Huda Tlogosari pada masyarakat luas, memudahkan pendidik dalam memberi informasi pada masyarakat, membangun n kreativitas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar.   

Adapun bagi RaudhatulAthfal dapat  meningkatkan kinerja RaudhatulAthfal dengan mengoptimalkan kinerja pendidik, dan memberi kontribusi inovasi  pembelajaran melalui Kolaborasi IT - Masyarakat dan meningkatkan prestasi Raudhatul Athfal melalui peningkatan kerja sama RA dengan masyarakat dan dunia maya.  

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Raudhatul Athfal (RA) merupakan satuan pendidikan anak usia dini  pada jalur pendidikan formal bagi anak berusia 4-6 tahun di bawah binaan Kementerian Agama RI. Orang tua di desa Tlogosari yang memiliki anak usia  tersebut belum semuanya menyekolahkan anak-anak ke RA karena faktor wilayah, pekerjaan orangtua yang tidak bisa ditinggal, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menyekolahkan anak-anak pada usia emas tersebut. Hal ini memperlambat kemajuan dan perkembangan RA dan merupakan sebuah tantangan yang segera harus diatasi.

Selain hal tersebut peran guru dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan, tidak hanya sekedar mengajar untuk mencapai indikator pencapaian perkembangan anak sesuai Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, tetapi dibutuhkan kreativitas guru untuk mencapainya. 

Pada saat kreativitas guru belum mulai terlihat datanglah badai pandemi Covid -19 yang meluluhlantakkan tatanan kegiatan belajar belajar di negara Indonesia. Pendidikan Anak Usia Dini merasakan dampak yang luar biasa karena disaat anak – anak usia emas tersebut mengenal dunia belajar sambi bermain secara langsung mereka hanya dapat mengenyamnya  melalui media sosial, melalui grup whatshaap, youtub, video ataupun pesan suara. Yang mana kegiatan belajar belajar dimasa tersebut membutuhkan kreativitas guru yang berhubungan dengan Information Technologi  atau IT.

Sedangkan anak – anak usia dini belum dapat menggunakan  gawai untuk membantu kelancaran belajar mengajar sehingga  dibutuhkan bantuan orang dewasa untuk  membimbing dan  membantu proses tersebut yang dalam hal ini adalah orang tua, wali murid atau masyarakat. 

Kerjasama  dalam bidang Information Technologi  atau IT, diantara guru akan membantu mengatasi masalah yang muncul bagi guru yang kurang menguasai IT. 
Kolaborasi Information Technologi  atau IT  dengan masyarakat  diharapkan mampu mengatasi masalah kreativitas guru. Ini menjadi praktek  terbaik  dalam meningkatkan kreativitas guru di masa new normal. 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apakah  melalui kolaborasi Information Technologi  (IT) dengan  Masyarakat  dapat meningkatkan kreativitas guru-guru RA Al Huda Tlogosari di masa New Normal ?
  2. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas guru-guru RA Al Huda Tlogosari di masa New Normal melalui kolaborasi Information Technologi  (IT) dengan  Masyarakat ?

1.3 Tujuan 

Untuk meningkatkan kreativitas guru-guru Raudhatul Athfal Al Huda Tlogosari di masa New Normal  melalui kolaborasi Information Technologi  (IT) dengan masyarakat 

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Melalui Best Practice  ini dapat diperoleh pengetahuan atau teori baru tentang meningkatkan kreativitas guru-guru Raudhatul Athfal melalui Information Technologi  atau IT dengan masyarakat   pada tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.  

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik 
  1. Memberikan rasa nyaman pada peserta didik dalam susana pembelajaran yang familiar, penuh rasa sayang dan kreatif.
  2. Untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 
b. Bagi Pendidik 
  1. Untuk memudahkan pendidik dalam memberi bimbingan kepada peserta didik dalam indikator-indikator perkembangan anak.
  2. Meningkatkan kreativitas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar.   
c. Bagi Madrasah
  1. Untuk meningkatkan kinerja Raudhatul Athfal dengan mengoptimalkan kinerja pendidik, dan memberi kontribusi inovasi  pembelajaran kolaborasi IT – Masyarakat.
  2. Untuk meningkatkan prestasi Raudhatul Athfal melalui peningkatan kreativitas kerja sama RA dengan masyarakat.  

BAB II PEMBAHASAN

2.1.  Kajian Teori

1. Kreatifitas

a. Pengertian kreatifitas 
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta, atau daya cipta. Perihal berkreasi atau kekreatifan.
Perkataan kreatif pada hakikatnya adalah penemuan sesuatu yang baru, dan bukan akumulasi dari keterampilan atau pengetahuan yang diperoleh dari buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan hasil-hasil ilmiah, penemuan ilmiah, dan penciptaan- penciptaan secara mekanik.

Kreatifitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Menurut Munandar kreatifitas adalah: “Kreatifitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik peubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Impilikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.” 

Menurut Slameto kreatifitas pada hakikatnya berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa kreatifitas adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dan unik dalam proses belajar.

Kreatifitas memiliki beberapa tahapan, diantaranya adalah:
1)  Persiapan (mendefenisikan masalah, tujuan, atau tantangan) 
2)  Inkubasi (mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran) 
3)  Iluminasi (mendesak kepermukaan, gagasan-gagasan bermunculan) 
4) Verifikasi (memastikan apakan solusi itu benar-benar memecahkan  masalah) 
5) Aplikasi (mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut). 

Tahapan yang tersebut merupakan langkah-langkah yang dilakukan dengan memikirkan solusi dari masalah yang dikemukakan yang kemudian dicerna dalam pikiran sehingga timbul gagasan-gagasan dari permasalahan yang dihadapi. Gagasan-gagasan tersebut akan menjadi solusi dari permasalahan sehingga masalah yang dihadapi terpecahkan sesuai dengan langkah-langkah yang diambil.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.
 Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kreatifitas seseorang. 
1) Sikap individu 
Kreatifitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus, tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi sarana untuk mengungkapkan sikap bawaan tersebut. Pengembangan kreatifitas setiap individu mencakup tujuan untuk menemukan gagasan-gagasan serta produk-produk dan pemecahan baru. Untuk mencapai hal tersebut Slameto memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 
a) Perhatian khusus bagi pengembangan kepercayaan diri guru perlu  diperhatikan. 
b) Rasa keingintahuan guru perlu dibangkitkan. 

2) Kemampuan dasar yang diperlukan 
Kemampuan dasar yang diperlukan mencakup berbagai kemampuan berfikir konvergen dan divergen.Berpikir divergen adalah kemampuan berpikir yang didorong untuk menyebar dan meluas dalam mencari ide-ide baru sedangkan berfikir konvergen adalah pola berpikir yang cenderung menyempit. Osborn dalam Slameto memperkenalkan pengajaran pemecahan masalah yang kreatif bagi seseorang: 
  1. Memikirkan keseluruhan tahap masalah.
  2. Memilih bagian masalah yang perlu dipecahkan.
  3. Memikirkan informasi yang kiranya dapat membantu. 
  4. Memilih sumber-sumber data yang paling memungkinkan.
  5. Memikirkan segala kemungkinan pemecahan masalah. f) Memilih gagasan-gagasan yang paling memungkinkan.
  6. Memikirkan segala kemungkinan cara pengujian.   
  7. Memilih cara yang paling dapat dipercaya untuk menguji.
  8. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. 

3) Teknik-teknik yang digunakan 
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengembangkan kreatifitas diantaranya sebagai berikut: 
a) Melakukan pendekatan inquiry 
b) Mengunakan teknik-teknik sumbang saran 
c) Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif
d) Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media. 

Pendekatan inquiry merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dengan penekanan pada proses berpikir secara kritis dan analitis. Kemampuan berpikir kritis berarti bahwa berpikir dengan tidak menerima sesuatu apa adanya. Sementara pendekatan sumbang saran disini adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengemukakan gagasannya.

Ciri-ciri dari kepribadian yang kreatif Menurut Sund dalam Slameto bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: hasrat keingintahuan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, keinginan untuk menemukan dan meneliti, cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksnakan tugas, bersikap fleksibel, menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. 

Menurut Guilford dalam Suryosubroto, kemampuan kreatif dapat dicerminkan melalui lima macam prilaku, yaitu: 
  1. Fluency, kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. 
  2. Fleksibility, kemampuan menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. 
  3. Originality, kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli 
  4. Elaboration, kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci.
  5. Sensitivity, kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Lima perilaku kreatifitas tersebut secara umum orang-orang yang kreatif juga dapat dilihat dari cara berfikir yang selalu bebas dan menyukai hal-hal yang rumit, memiliki rasa humoris yang tinggi dan realistis dalam berfikir. 

Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri kreatifitas sebagai berikut: 
  1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam 
  2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
  3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
  4. Bebas dalam menyatakan pendapat. 
  5. Mempunyai rasa keindahan yang mendalam
  6. Menonjol dalam salah satu bidang seni. 
  7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang. 
  8. Mempunyai rasa humor yang luas.
  9. Mempunyai daya imajinasi. 
  10. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Dalam tahun pelajaran 2020-2021 hanya satu atau dua guru yang berkreatifitas dari 4  guru RA Al Huda Tlogosari , sebelum dilakukan penelitian dan tindakan. Dalam setiap semester belum semua guru berperan aktif menunjukkan kemampuan kreatifitasnya. Dari data yang di peroleh baru 25 % dari jumlah guru  semuanya. Berikut data guru sebelum dilakukan upaya meningkatkan kreativitas guru melalui kolaborasi IT-Masyarakat.

Tabel 1. Data Kreatifitas Guru Sebelum Penelitian 

Berdasarkan tabel  1 diatas, pada masa pandemi  Covid-19 setiap bulan pada tahun 2020  hanya 1 guru saja yang berkratifitas, yang menunjukkan kreatifitasnya dari semua jumlah guru sebanyak 4 guru. Maka rata – rata setiap bulannya 0,25 % . Dengan demikian penulis menyimpulkan kreatifitas guru – guru RA Al Huda Tlogosari di masa pandemi Covid-19 masih rendah.
Berdasarkan fakta – fakta dan temuan dilapangan penyebab masalah tersebut adalah ;
1. Guru kurang menguasai IT,
2. Rendahnya kerjasama antara guru yang mahir IT dengan yang kurang menguasai IT,
3. Belum maksimalnya kebijakan kepala Raudlatul  Athfal dalam mendorong kreatifitas guru
4. Sinyal internet/WIFI tidak mendukung. 

Gambar 1. Guru sedang praktek kegiatan fisik motorik kasar di halaman madrasah

2.2 Guru

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dii melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 

Guru adalah subjek paling penting dalam keberlangsungan pendidikan. Tanpa guru, sulit dibayangkan bagaimana pendidikan dapat berjalan. Bahkan meskipun ada teori yang mengatakan bahwa keberadaan orang/manusia sebagai guru akan berpotensi menghambat perkembangan peserta didik, tetapi keberadaan orang sebagai guru tetap tidak mungkin dinafikan sama sekali dari proses pendidikan.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah. Guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing serta membina murid baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru adalah figur seorang pemimpin, dia juga sebagai sosok arsitek yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, dengan cara membantu anak didik mengubah perilakunya sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang diharapkan mampu membangun dirinya, bangsa dan negara. 
Pada dasarnya, tugas guru adalah mendidik, sementara itu mendidik sendiri adalah sangat luas tidak dibatasi ruang dan waktu dalam arti formal mendidik direalisasikan dalam bentuk mengajar di lembaga-lembaga pendidikan (berdiri di depan kelas, menyampaikan ilmu pengetahuan dan bertatap muka dengan anak) secara formal. Mendidik juga berarti mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. 

Pada hakikatnya, tugas mendidik sebagian besar tercermin dalam kehidupan di dalam rumah tangga dengan cara memberi keteladanan, memberi contoh yang baik, pujian dorongan dan lain sebagainya yang diharapkan dapat menghasilkan pengaruh positif bagi pendewasaan anak. oleh karena itu, mengajar merupakan sebagian dari mendidik. Dalam arti yang lebih sempit tugas guru adalah mengajar sebagai upaya transfer of knowlwdge yang dituntut untuk mengusai materi apa yang akan disampaikan, penggunaan metode yang tepat dan pemahaman tentang berbagai karakteristik yang dimiliki anak. Pemahaman ini diperlukan agar apa yang disampaikan sesuai apa yang dimiliki anak. 

Disamping itu guru juga dituntut untuk membuat persiapan mengajar, mengevaluasi tugas belajar anak dan melakukan tugas lainya yang berkaitan dengan tujuan pengajaran. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Guru dan Anak Didik” menyatakan bahwa jabatan guru memiliki banyak tugas baik terikat dalam dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian tugas-tugas itu antara lain ;
  1. Tugas guru sebagai profesi yaitu suatu tugas yang menuntut profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas tersebut direalisasikan dalam sistem pembelajaran yang dapat memberikan bimbingan anak didik menemukan nilai-nilai kehidupan. Tugas guru sebagai pengajar juga dapat diartikan meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Sementara tugas sebagai pelatih diartikan mengembangkan keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
  2. Tugas guru sebagai tugas kemanusiaan berarti guru terlibat dalam interaksi sosial di masyarakat. Guru harus mampu menanamkan nilainilai kemanusiaan kepada anak didik agar anak didik punya kesetiakawanan sosial.
  3. Tugas guru sebagai tugas kemasyarakatan berarti guru harus mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang berakhlak dan bermoral. Dalam hal ini dapat diumpamakan bahwa mendidik anak sama halnya dengan mencerdaskan bangsa.
Tabel 2. Data Guru RA Al Huda Tlogosari Tahun 2020

DATA GURU RA AL HUDA TLOGOSARI
TAHUN PELAJARAN  2020/2021

Berdasarkan data tersebut pada tahun 2020, guru RA Al Huda Tlogosari yang sudah  menyelesaikan pendidikan pendidikan S1 ada 2 guru, dan yang belum S1 ada 2 guru. 

2.3 New Normal

Pandemi Covid-19 merubah tatanan masyarakat dunia. Guna mencegah penularan wabah virus corona yang meluas, masyarakat diimbau bahkan dipaksa untuk tinggal di rumah. Sekolah, bekerja bahkan beribadah pun dianjurkan untuk dilakukan di rumah saja. Hampir semua negara mengimbau warganya untuk tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Terkecuali, memang bagi mereka yang harus keluar dan kegiatannya tidak bisa dilakukan dari rumah. 

Hampir semua sendi kehidupan terkena dampak Covid-19, dalam dunia pendidikan khususnya RA Al Huda Tlogosari, yang terletak diwilayah pegunungan bagian selatan.   Sebagian besar wali peserta didik RA Al Huda Tlogosari  bertempat tinggal daerah yang akses jalannya belum sebagus jalan utama desa. Jarak rumah dengan rumah lainnya masih berjauhan. Untuk kegiatan ke luar rumah  ada yang merumput, penderes atau bertani, yang bisa dikatakan jauh dari kerumunan. Tetapi sebagai warga negara yang baik mereka mematuhi peraturan pada masa new normal ini, jika harus bertemu dengan orang lain atau menghadiri kegiatan kemasyarakatan yang mengharuskan protokol kesehatan.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adi Sasmita, prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. Secara sosial ini disadari hal ini akan berpengaruh, karena adanya aturan yang disebutkan dalam protokol kesehatan untuk menjaga jarak sosial mengurangi kontak fisik dengan orang lain.

Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya vaksin untuk Covid-19. Beberapa ahli dan pakar kesehatan dunia telah memastikan bahwa kemungkinan paling cepat dapat ditemukannya vaksin Covid-19 pada tahun 2021. Artinya bahwa masyarakat harus menjalani kehidupan secara new normal  hingga tahun depan atau lebih.

Oleh karenanya, perubahan perilaku akan menjadi kunci optimisme dalam menghadapi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah atau yang dikenal dengan new normal.

Gambar 2. Wali siswa RA Al Huda Tlogosari jaga jarak saat kerja bakti jalan

 
Gambar 3. Penyemprotan ruangan dan gedung  RA Al Huda Tlogosari

2.4   Kolaborasi  Informasi Technology ( IT ) dengan  Masyarakat

Kolaborasi menjelaskan tiga arti. Pertama, tindakan bekerja-sama dengan seseorang lain atau orang-orang lain untuk sesuatu pekerjaan. Kedua, buah karya dari kerjasama dengan orang lain atau orang-orang lain.  Ketiga, tindakan bekerjasama dengan musuh yang menjajah negrinya.
IT adalah singkatan dari kata Information and Technology. Istilah Information and Technology apabila disingkat yaitu menjadi IT. Akronim IT (Information and Technology) merupakan singkatan/akronim tidak resmi dalam Bahasa Indonesia.

Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).

Sedang masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu karena individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut.

Menurut antropolog Elman Service, untuk memudahkan mempelajari keanekaragaman masyarakat, masyarakat dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan peningkatan ukuran populasi, sentralisasi politik, serta stratifikasi sosial, yaitu: kawanan (band), suku (tribe),  kedatuan (chiefdom), dan negara (state). Jenis masyarakat paling kecil atau kawanan biasanya hanya terdiri atas beberapa kelompok, banyak diantaranya merupakan kumpulan dari satu atau beberapa keluarga besar.
Masyarakat dalam penelitian ini  ini merupakan  kumpulan dari sekelompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pendidikan, dan tergabung dalam satu wadah yaitu lembaga pendidikan yakni RA Al Huda Tlogosari. Dalam arti khusus  masyarakat tersebut adalah wali siswa RA Al Huda Tlogosari.

Tabel 3. Data siswa penerima bantuan kuota internet kemenag

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa RA Al Huda Tlogosari menerima bantuan kuota internet Kemenag pada tahun 2020 sebanyak 43 siswa, sedangkan yang dapat menggunakan kuota tersebut belum semua siswa, dikarenakan kondisi wilayah tempat tinggal peserta didik yang ada di daerah sulit jangkauan sinyal internet. Hanya tempat – tempat tertentu di daerah tertentu pula yang sinyal internet dapat diakses. Ini menjadi kendala saat guru memberikan presentasi pembelajaran melalui whatsapgrup ( WAG ), facebook sekolah, ataupun media sosial lain. Secara tidak langsung  membuat kreativitas guru menurun.maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan tindakan terbaik, melalui kolaborasi   Information and Technology (IT) dengan masyarakat.

Untuk membangun kreativitas guru di masa new normal kolaborasi Information and Technology (IT) dengan masyarakat sangat diperlukan. Ini dilakukan melalui empat tahap.
Tahap I :  Pemberian contoh 
Tahap II :   Praktek kolaborasi IT
Tahap III :   Praktek langsung kolaborasi IT dengan masyarakat

2.5  Kerangka Berpikir

Sebelum mengadakan penelitian  pada masa new normal hanya satu atau dua guru  RA Al Huda yang mempunyai kreatifitas, belum semua  guru  RA Al Huda menghasilkan hasil karya baru sesuai dengan kreativitas masing- masing guru.  Agar semua guru  RA Al Huda berkretifitas, perlu dilakukan tindakan terbaik  melalui kolaborasi Information and Technology (IT) dengan masyarakat.

Tindakan ini  dilakukan Kepala RA untuk membangun kreativitas  guru – guru RA Al Huda Tlogosari  pada masa new normal melalui kolaborasi Information and Technology (IT) dengan masyarakat.
Semua guru RA Al Huda Tlogosari  mempunyai kreativitas pada bidangnya masing – masing. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diduga melalui kolaborasi Information and Technology (IT) dengan masyarakat dapat membangun kreativitas guru – guru RA Al Huda Tlogosari.

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam tindakan ini, maka kerangka konsep dalam tindakan  ini digambarkan sebagai berikut : 


BAB III PELAKSANAAN PROGRAM

Pelaksanaan tindakan ini  mulai dilaksanakan awal bulan Juli sampai  Desember 2021 . Dilaksanakan di RA Al Huda Desa Tlogosari, jalan Mangu Indah Nomor 01, RT 03 RW 05  Tlogosari, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Sebelum dilaksanakan tindakan kepala RA memotivasi guru menghasilkan sesuatu yang berbeda dalam kegiatan belajar mengajar agar menarik untuk disajikan ke siswa.

Tahap I : Kepala RA memberi contoh membuat video pembelajaran 


Gambar 5. SS video pembelajaran tema binatang

Tahap II : Praktek kolaborasi IT

Disajikan contoh  guru  sedang di lapangan dalam kegiatan fisik. 
Hasil kegiatan : Kegiatan yang dimunculkan guru terlihat bervariatif, terdapat pengembangan  motorik kasar dan motorik  halus, anak terlihat senang dan menikmati, belajar bekerja sama (sosial emosional), menyeimbangkan benda agar tidak jatuh ( kognitif), anak belajar menyimak instruksi guru (bahasa reseptif) dan seni. Satu guru membimbing anak ,dan satu guru lainnya membantu sambil mengabadikan kegiatan  tersebut. Setelah kegiatan selesai, untuk rekam jejak kegiatan belajar mengajar maka guru yang bersangkutan menggunggah dokumentasi tersebut di akun google foto masing – masing guru ataupun drive  RA. Jika ada guru yang tidak bisa melakukan hal tersebut , maka guru yang sudah bisa IT membantu mengajari guru tersebut, sehingga hasil dari semua kegiatan dapat tersimpan dan digunakan kembali untuk kepentingan sekolah.  
 
Tabel4. Data Guru RA Al Huda Tlogosari Tahun 2021


Dari data tersebut ,ditampilkan pada tahun 2021 sudah ada peningkatan pada kualifikasi pendidikan guru RA, tiga guru sudah menyelesaikan pendidikan  S1, dan satu guru dalam proses S1. Rerata  pendidikan S1 guru RA Al Huda Tlogosari 75%.Hal ini juga membuat kreativitas guru semakin meningkat dalam kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan IT.

Tahap III : Praktek langsung kolaborasi IT dengan masyarakat

Pada tahap tiga ini, kreativitas guru sudah terbangun. 
Hasil kegiatan : Hal ini terlihat dari kegiatan yang dimunculkan guru dalam kegiatan akhir semester, melibatkan orang tua siswa untuk kelancaran kegiatan tersebut. Orang tua atau wali siswa sangat antusias dalam mensukseskan kegiatan. Ini terbukti dari pesan guru yang disampaikan secara lisan  kepada anak ( melatih anak menyampaikan amanah) dan guru mengklarifikasi apak orang tua sudah menerima pesan dari anak masing-masing. Dan informasi  untuk orang tua disampaikan guru melalui grup whatshap ( WAG ) wali RA.

Dalam rentang waktu antara bulan Juli sampai Desember 2021 sudah semua guru RA terbangun ktreatifitasnya di masa  new  normal   melalui kolaborasi Information Technology ( IT ) dengan masyarakat.

Pada tahun 2021 dari bulan Juli sampai Desember 2021, sebanyak 25 siswa RA Al Huda Tlogosari menerima bantuan kuota internet Kemenag, dan dapat menggunakan kuota tersebut untuk belajar anak. Sedangkan 3 anak  belum dapat menggunakan kuota tersebut karena terkendala perangkat yang tidak mendukung ataupun sinyal internet yang tidak stabil. Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan kerja sama diantara wali siswa yang dapat  menggunakan kuota tersebut dengan wali siswa yang tidak dapat menggunakannya. Sehingga pembelajaran maupun informasi yang disampaikan oleh guru – guru RA Al Huda Tlogosari dapat diterima oleh semua peserta didik RA.

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

  1. Pemanfaatan  kolaborasi  Information Technology  ( IT ) dengan masyarakat dapat membangun kreativitas guru – guru RA Al Huda Tlogosari..
  2. Kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan karena adanya kreativitas guru.
  3. Dengan kesadaran yang sudah dimiliki masyarakat membuat hati mereka tergerak untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan RA 
  4. Program kegiatan RA akan berjalan dengan lancar karena adanya kerja sama sekolah, anak dan orangtua/masyarakat.

B. REFLEKSI 

Hasil tindakan penelitian ini menggambarkan secara menyeluruh bagaimana cara membangun kreativitas guru – guru di lingkungan RA tanpa mencari kelemahan seseorang , tetapi kekurangan yang ada pada individu guru, dilengkapi oleh guru – guru yang lain. Di masa  new normal  guru dituntut mahir IT, sedangkan tidak setiap guru dapat menguasai. Disamping itu terdapat wali siswa sebagai masyarakat yang tidak semuanya memiliki perangkat yang mendukung untuk belajar putra – putrinya, sehingga kerja sama antara pendidik, siswa dan orang tua perlu sekali difasilitasi. Dengan tindakanini, kolaborasi IT dengan masyarakat untuk membnagun kreativitas guru,  khususnya guru- guru  Raudhatul Athfal dapat menggunakan metode ini untuk membangun kreativitas guru dan meningkatkan kemajuan Raudhatul Athfal .

C. REKOMENDASI

  1. Untuk kepala RA lebih meningkatkan inovasi terhadap program- program RA 
  2. Untuk guru, selalu semangat belajar karena belajar tidak mengenal usia dan tempat 
  3. Untuk masyarakat, dukungan dan partisipasi aktif dalam dunia pendidikan khususnya RA akan membuat anak lebih berkembang, hubungan sekolah dengan masyarakat semakin baik dan meningkatkan kemajuan RA. 
  4. Didiklah anak-anak dengan rasa cinta dan keteladanan, niscaya mereka akan menjadi generasi harapan yang memiliki kepribadian tangguh.
  5. Hindarkan ancaman dan larangan yang keluar dari rasa marah, karena akan memberi rasa putus asa dan akan menghambat perkembangan sel-sel otaknya 

DAFTAR PUSTAKA

B.Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h.
Utami Munandar, Op. Cit., h. 12
Slameto, Op. Cit., h. 145
Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2000, h. 301
Utami Munandar, Op. Cit., h. 155
Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005
Dja'far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2006), h. 39
Saiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi , , , , h . 3 6
Endang Poerwati, dkk., Perkembangan Peserta Didik, (Malang; UMM Press, 2002), h.7
https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat (diakses 22 Desember 2021)
Sulfan dan Mahmud, A. (2018). "Konsep Masyarakat Menurut Murtadha Muthahhari (Sebuah Kajian Filsafat Sosial)". 
Ilmu Aqidah. 4 (2): 269–284. doi:10.24252/aqidahta.v4i2.6012. ISSN 2615-3130
Diamond, Jared (2017). The World Until Yesterday. Kepustakaan Populer Gramedia Press. ISBN 9786024241926.


Untuk File Presentasi Power Point dapat di unduh pada Link Berikut ini :
Posting Selanjutnya Posting Sebelumnya
No Comment
Tambah Komentar
comment url