Modul 5 Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan Topik 1 Merdeka Megajar

Modul 5 
Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan 



Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia

Selamat dan Bahagia

Salam dan bahagia 


Ibu dan bapak guru hebat


Halo ibu dan bapak guru 


Selamat datang di modul pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan. Kali ini kita akan membahas materi selamat dan bahagia agar kita dapat memahami fungsi pendidikan untuk membantu murid mencapai selamat dan bahagia berdasarkan gagasan Ki Hajar Dewantara. 


Setiap hari Ibu Ani selalu mengajar dengan penuh semangat di depan murid-muridnya. Ia diberikan amanah menjadi wali kelas 5 di SD Negeri Kembang Mekar pada tahun pelajaran ini. Tahun di mana penuh tantangan bagi pendidik karena pandemi covid 19 sungguh dapat dibayangkan pada keadaan normal saja tugas pendidik tidaklah mudah dan sekarang diharuskan melakukan penyesuaian-penyesuaian pembelajaran dengan kondisi wabah covid 19. Suatu hari Ibu Ani mengajarkan pelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sistem pencernaan manusia. 


Sejak dari dulu Ibu Ani terbiasa mengambil materi yang diajarkan dari satu buku teks yang dijadikan pegangannya dengan menggunakan metode ceramah saat mengajar. Ibu Ani merasa nyaman dan cocok menyampaikan materi tentang sistem pencernaan manusia kepada semua muridnya. Menurutnya murid juga merasa baik-baik saja ketika ia menyampaikan materinya. Para murid pun hidmat dan tenang mendengarkan materi yang disampaikan, ujarnya. Dengan memberikan tes dan menilai dengan angka Ibu Ani merasa cukup untuk mengevaluasi kemampuan muridnya dan dijadikan sebagai salah satu bahan untuk evaluasi akhir semester nanti. 


Salah seorang murid Ibu Ani yaitu Binbin lebih memilih untuk menggambar tubuh dan organ pencernaan manusia di buku tulisnya. Hal ini ia lakukan karena metode mengajar Bu Ani membuatnya mengantuk dan sulit berkonsentrasi. Senada dengan Binbin, Ika juga merasa tidak paham dengan materi yang disampaikanoleh Bu Ani. Ika lebih suka belajar dirumah menggunakan YouTube karena lebih atraktif. 


Sementara itu Binbin dan Ika murid kelas 5 SD Kembang Mekar bercerita saat diajar ibu guru Ani tentang sistem pencernaan manusia Binbin sulit konsentrasi dan mengantuk. Sedangkan Ika menggunakan sumber belajar lain dari YouTube yang menurutnya lebih mudah dipahami. Agar tidak bosan dan mengantuk Binbin menggambar tubuh dan organ pencernaan manusia di buku tulisnya dan Ika melihat penjelasan sistem dan organ pencernaan manusia melalui YouTube sambil mendengarkan materi yang disampaikan Ibu Ani. 


Pada saat tes Binbin mendapatkan nilai 40 dari 100 sedangkan Ika mendapatkan nilai70 dari 100 karena ia mampu menjawab soal tes tentang sistem pencernaan manusia. Binbin diminta  Ibu Ani menyalin informasi apa yang sudah ada di buku teks pelajaran dan kemudian dinilai, sedangkan Ika hanya ditegur jika lain kali untuk memakai buku yang sama yang dipakai ibu guru agar bisa menjawab soal tes yang diberikan dengan sempurna. 


Jam istirahat adalah jam yang paling mereka tunggu-tunggu. Mereka senang sekali karena dapat keluar kelas untuk bermain di halaman dan membaca di perpustakaan sekolah meskipun kesenangan itu hanya sementara, akan tetapi cukup mengobati kesedihan dari nilai-nilai yang didapatkannya saat belajar di kelas. 


Ibu dan bapak guru dari cerita ibu Ani, Binbin dan Ika kita dapat melihat bagaimana perspektif atau sudut pandang kita sebagai pendidik tidak selalu sama dengan sudut pandang atau perspektif murid. Tidak jarang murid merasakan kebalikan apa yang dianggap dan dirasakan oleh pendidik. Ketika tadi Ibu Ani merasa cocok dan nyaman dengan metode ceramah untuk muridnya, ternyata Binbin merasa bosan dan mengantuk saat diberikan materi. Demikianpun Ika ia lebih memilih belajar dari sumber belajar lain, YouTube. Yang berisikan materi yang sama dan menurutnya menarik. 


Ketika ibu Ani merasa cukup mengukur pemahaman murid dengan tes pilihan ganda ternyata Binbin bersedih ketika mendapatkan nilai 40 dan dianggap belum memahami materi karena standar yang ditetapkan Ibu Ani. Padahal Ia menuangkan pemahaman tentang sistem pencernaan manusia melalui gambar-gambar organ pencernaan manusia. Sementara Ika, meskipun ia dianggap sudah melampaui standar yang ditetapkan Ibu Ani dan dianggap menguasai materi, tetapi Ika merasa ketakutan dan cemas karena menggunakan sumber belajar lain dari YouTube dan tidak sama dengan Ibu Ani gunakan. 


Sebagai pendidik Ibu Ani sebaiknya bukan hanya memberikan pengetahuan dan informasi tentang sistem pencernaan manusia, melainkan juga memberikan pemahaman kepada murid tentang fungsi dan kegunaannya dalam kehidupan murid. Selain itu pendidik juga mengenal dan memahami kekuatan kodrat anak bahwa setiap murid dapat mengekspresikan dan membuat pemahamannya sendiri dengan cara yang berbeda. 


Dalam menilai pemahaman murid, pendidik sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis alat pengukuran lalu menyimpulkannya. Tetapi dapat menggunakan alat pengukuran lainnya yang melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya, evaluasi diri. 


Seperti yang terjadi pada Binbin ia mampu mengekspresikan pemahamannya melalui gambar mungkin juga murid bisa menjelaskan dengan verbal menggunakan bahasa sendiri. Dan beragam jenis ekspresi pemahaman murid lainnya. 


Cerita-cerita seperti ini mungkin hanya salah satu contoh untuk mengingatkan kita apa sesungguhnya fungsi pendidikan itu. Fungsi pendidikan adalah untuk mengantarkan murid agar siap hidup dan memberikan kepercayaan kepada murid bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya. Yaitu tidak cukup hanya hidup untuk kepentingan dirinya individualistik, tetapi juga berkontribusi untuk masyarakat dan lingkungan di mana ia berada bersama-sama mencapai keselamatan dan kebahagiaan. 


Fungsi pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara. Jika kita sebagai pendidik memahami hal-hal sebagai berikut: 


  1. Setiap murid memiliki kodrat kekuatan dan potensi potensi yang berbeda yang 
  2. Pendidikan hanyalah sebagai tuntunan, 
  3. Mendidik adalah menuntun murid untuk selamat dan bahagia 
  4. Pendidik tidak dapat berkehendak atas kodrat kekuatan atau potensi murid tetapi 
  5. Pendidik dapat memberikan daya upaya maksimal untuk mengembangkan akal budi pekerti murid dan
  6. Pendidik membantu mengantarkan murid untuk merdeka atas dirinya sendiri untuk kehidupan dan penghidupannya, memelihara dan menjaga bangsa dan alamnya. 


Kemerdekaan murid dalam belajar merupakan kunci untuk mencapai tujuan pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan. Jika untuk dirinya sendiri ia tidak bisa mencapai selamat dan bahagia, bagaimana mungkin ia akan memelihara dan menjaga dirinya keluarganya, masyarakat, bangsa, ataupun alamnya.


Oleh sebab itu kita sebagai pendidik dapat merenungkan kembali Apakah praktik pembelajaran saat ini benar-benar mempersiapkan murid agar siap hidup dan mengisi zamannya? Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu murid mencapai selamat dan bahagia serta siap hidup dan mampu mengisi zamannya?

Selamat belajar 

Ibu dan bapak guru hebat salam dan


Sistem Among

Salam dan bahagia 


Ibu dan bapak guru hebat


Semoga ibu dan bapak guru dalam keadaan sehat dan dapat terus belajar bersama-sama. Pada kesempatan ini kita akan membahas materi tentang sistem Among agar kita dapat memahami konsep sistem Among yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara dan merefleksikannya dalam proses pembelajaran. 


Pak Heri, "Anak-anak sebelum bapak akhinri pembelajaran kali ini, bapak akan memberikan kalian tugas Bahasa Indonesia. Kalian diminta untuk mencari minimal 5 cerita tentang sejarah Tanah Papua. Kalian baca kalian pahami lalu jangan lupa kalian tuliskan kembali rangkuman-rangkuman dari beberapa cerita-ceritanya. Setelah itu kalian sampaikan poin-poinnya di depan kelas, waktunya seminggu ya anak-anak. Sampai jumpa minggu depan."


Percakapan 2 murid, "Baik Pak terima kasih. Ih ini tugas Bahasa Indonesia banyak sekali. Bapak guru kasih waktu cuma satu minggu.Tugas pelajaran lain banyak lagi. Halo Indah kamu dengar tugas dari Pak Wanggai tadi, iya nih gimana ya caranya supaya kita bisa mengerjakan semua tugasnya tepat waktu? Dulu aku pernah mengerjakan tugas Bahasa Indonesia Pak Wanggai dengan seadanya habis aku bingung Pak Wanggai nggak ngasih tahu kita panduan mengerjakan tugasnya. Pak Wanggai mau kita cari tahu sendiri dari berbagai sumber akhirnya nilaiku jelek di bawah KKM. Tugas aku juga jadi double membetulkan tugas sebelumnya yang salah sama dikasih tugas tambahan supaya nilai aku mencapai KKM. Ya ampun, belum selesai yang satu sudah bertambah lagi! Hah, tugas lagi... tugas banyak ini bagaimana cara menyelesaikannya?"


Ibu dan bapak guru dengan memberikan tugas dan meminta murid mencari tahu sendiri apakah dapat dikatakan pembelajaran sudah berpihak dan memerdekakan murid? Dari cerita pendek tersebut kita sebagai pendidik diingatkan bahwa penekanan pada proses belajar murid amatlah penting bagi tumbuh kembang murid.


Terkadang kita lupa pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid ketika ia mengerjakan sesuatu. Tidak sekedar menilai hasil apa yang ditugaskan. Ki Hajar Dewantara mengenalkan sistem Among sebagai suatu metode pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, TutWuri Handayani. 


Ing Ngarso Sung Tulodho, di depan memberi teladan yaitu bagaimana guru memahami secara utuh tentang apa yang dapat ia bantu kepada murid, menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.


Ing Madya Mangun Karso, di tengah membangun kehendak yaitu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat bersua karsa dan berkreasi bersama murid dengan membuka dialog dengan murid, berperan sebagai narasumber dan penuntun. 


Tut Wuri Handayani, di belakang memberi dorongan yaitu guru tidak sekedar memberikan motivasi tetapi juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta rasa karsa dan karyanya. 


Sistem Among didasarkan pada dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan sesuai dengan potensi murid dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin murid hingga dapat mencapai selamat dan bahagia.


Dalam bahasa Jawa momong berarti merawat dengan penuh ketulusan dan penuh kasih sayang serta mentransformasikan kebiasaan-kebiasaan baik disertai dengan doa dan harapan. 


Sementara Among yaitu memberikan contoh tentangbaik dan buruk tanpa harus mengambil hak murid agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan dasarnya.


Sedangkan ngemong adalah proses untuk mengamati merawat dan menjaga agar murid mampu mengembangkan dirinya bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya.


Dan begitupun dengan falsafah falsafah dari beragam daerah-daerah di Indonesia yang pada intinya anak atau murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya dengan kasih sayang yang tulus mendampingi merawat dan menjaganya serta doa dan harapan untuknya. 


Maka guru tidak hanya memandang sistem Among sebagai suatu metode saja, tetapi lebih dari itu sebagai cara berpikir (mindset) "Among", juga penting  disadari oleh kita sebagai pendidik. 


Guru yang mempunyai karakter kredibel dan dihormati murid, guru yang memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan kemampuan sosial emosional yang baik dengan murid, (kemitraan) dan guru yang memiliki tutur kata yang mudah dipahami murid dengan sistematis dan logis. 


Sebagai contoh saat proses pembelajaran guru dapat bertanya dan membuka dialog dengan murid tentang kesulitan belajarnya mendengarkan keluh kesah dan perasaannya dengan berbagai cara seperti melalui gambar, tulisan, dan lain-lain yang membuat murid nyaman mengutarakannya, sehingga murid mungkin dapat merasakan perhatian, kasih sayang dari guru yang dapat membangkitkan semangat belajarnya.


Guru dapat menuntun murid untuk memahami bahwa wajar untuk melakukan kesalahan. Selain itu murid juga mungkin melihat sosok gurunya tersebut sebagai contoh berperilaku kepada orang lain dengan perhatian dan kasih sayang. Contoh lain guru juga dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya dengan menanyakan kesukaannya, keinginan belajarnya dan lain-lain yang murid merasa dihargai dan didengarkan. 


Ibu dan bapak guru mari kita renungkan bersama, Apakah kita sebagai pendidik sudah menekankan pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid? Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat berpihak kepada murid dan memfasilitasi kebutuhan potensi dan kompetensinya? 

Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat 

Salam dan bahagia.

"Sistem Among kita, yaitu menyokong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri." Ki Hajar Dewantara.


Merdeka Belajar Abad 21

Salam dan bahagia 


Ibu dan bapak guru hebat


Selamat datang kembali di modul pendidikan yang mengantarkan kebahagiaan dan keselamatan. Kali ini kita akan mengulas materi Merdeka Belajar Abad 21 agar kita dapat merefleksikan perubahan zaman dan memahami tantangan-tantangan dalam mendampingi murid sesuai kebutuhannya. 


Sebagai pendidik kita terkadang merasa memiliki kewenangan penuh dalam menentukan tujuan belajar bagi murid. Guru menganggap bahwa ia mengetahui apa yang tepat dan terbaik bagi murid berdasarkan pengalaman-pengalaman mengajar yang sudah dilaluinya, sehingga ia kadang juga merasa memiliki peran menjadi satu-satunya sumber pengetahuan bagi murid-muridnya. Murid cenderung mengikuti apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh guru karena kondisi yang dibangun dan diciptakan guru memang demikian dalam proses belajarnya. 


Apa yang disampaikan guru merupakan kebenaran pengetahuan dan terbaik bagi murid. Misalnya guru meminta murid menghafal perkalian, tanggal peristiwa sejarah kemerdekaan, dan lain-lain yang sifatnya hafalan tanpa dibukakan ruang dialog tentang kegunaannya atau kebermanfaatannya bagi diri murid.


Mungkin benar cara demikian dapat menambah wawasan murid, tetapi "Apakah dengan menghafal kebutuhan belajar murid telah terpenuhi?" Apakah murid memahami apa yang dihafalkan dan bagaimana ia menghubungkannya dengan kehidupan? 


Pesan Ki Hajar Dewantara "Tuntunlah muridsesuai zamannya". 


Sekarang guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. 


Sumber-sumber pengetahuan kini terbuka luas akses dan beragam bentuknya seperti adanya mesin pencari yang bisa menyediakan beragam informasi yang kita inginkan, sehingga cara menuntun dan membimbing murid pun sangat berbeda. Sebagai fasilitator, guru menempatkan murid menjadi subjek atau individu aktif dalam pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahamannya sendiri, bukan sebaliknya murid dianggap objek pembelajaran atau individu pasif yang hanya tergantung pada apa yang diberikan guru. 


Peran guru adalah memfasilitasi dengan baik dan benar, bagaimana murid dapat membangun pemahamannya dengan maksimal. Sebagai contoh murid ingin mengetahui hewan atau binatang apa saja yang hidup dekat disekitarnya, maka guru tidak langsung memberikan jawabannya. Tetapi membimbing murid melalui pendekatan saintifik dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan murid untuk dapat mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dalam membangun pemahamannya tentang kehidupan hewan yang dekat dengannya. 


Semakin berkembangnya zaman semakin besar pula tantangan-tantangan yang dihadapi oleh guru. Persaingan yang semakin kompetitif pada abad 21 saling terhubung yang negara-negara di dunia membuat kita sebagai pendidik tidak boleh lengah dan merasa cukup dengan apa yang telah kita upayakan sejauh ini. 


Cara satu-satunya agar kita tidak terlena dan tenggelam dengan perubahan zaman adalah menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan terus meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kita sebagai fasilitator pembelajaran bagi murid sesuai zamannya. Dan tidak kalah penting adalah penguatan kebangsaan oleh kita bersama sehingga kita dan juga murid-murid mampu membangun konteks diri serta identitas sebagai suatu bangsa. 


Dengan demikian kita dapat membantu menyiapkan murid-murid kita untuk memiliki rasa percaya diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi bersama warga dunia untuk memecahkan masalah-masalah gobal. Hal ini sulit terjadi jika kita sebagai pendidik tidak menyadari bahwa pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan berpikir saja tetapi juga mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki murid yaitu kecerdasan rasa, karsa, cipta dan karya agar murid menjadi manusia seutuhnya sesuai pesan dari Ki Hajar Dewantara. 


Maka kesadaran akan perubahan zaman, kesadaranakan kebutuhan belajar, tidak hanya diharapkan tumbuh dalam diri murid tetapi juga muncul mulai dari dalam diri kita sebagai pendidik, fasilitator pembelajaran. Mungkin saja murid terhubung dengan beragam informasi dan pengetahuan yang berlimpah tetapi tidak ada tuntunan dari guru. Apakah informasi dan pengetahuan yang diakses murid sesuai dengan fase perkembangan dan kebutuhan belajarnya? 


Pada abad ke-21 ini beberapa referensi menyebutkan bahwa kemampuan memecahkan, masalah kemampuan kognitif yang kompleks, kemampuan sosial emosional, menjadi sangat penting. Bukan hanya bagi murid melainkan juga bagi guru sebagai fasilitator pembelajaran. Guru diharapkan menjadi contoh bagaimana ia terus mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut pada dirinya. Kemudian meneruskannya dalam membantu murid untuk menguasainya. 


Salah satu kompetensi mendasar yang menunjang penguasaan penguasaan kemampuan tersebut adalah kompetensi literasi (bahasa, matematika, sains, digital, finansial). Sehingga guru juga sebaiknya menjadikan kompetensi dasar ini sebagai prasyarat wajib yang dikuasai murid pada abad ke-21. 


Kompetensilain yang juga penting dalam menghadapi tantangan abad 21 adalah kompetensi murid untuk menjadi mandiri, mengenali diri, mengidentifikasi yang diketahui dan yang tidak diketahui, strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi ini erat kaitannya dengan pola pikir pembelajar atau "growth maindset". Yaitu murid memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang dan berprestasi dengan berusaha secara maksimal. Maka, pola pikir inilah yang perlu dimiliki oleh guru sebagai fasilitator untuk mendorong proses belajar murid yan gmenumbuhkan pola pikir pembelajar. 


Salah satu contoh metode pembelajaran abad 21 yang berpusat pada murid adalah pembelajaran berbasis proyek. Guru dapat mengajak murid mengamati permasalahan dan potensi yang ada di sekitarnya kemudian guru bersama murid merancang proyek yang akan dilakukan, lalu murid mencari data dan informasi dengan bimbingan guru sampai murid dapat menyimpulkan dan menyampaikan hasilnya melalui media yang menurutnya sesuai. 


Selain itu pembelajaran proyek ini juga sebagai media bagi guru meningkatkan kompetensi yang dimilikinya untuk menuntun murid dalam merdeka belajar abad 21. 


Contoh lain misalnya guru membimbing untuk memiliki kompetensi berpikir kritis atau critical thinking, creative ataucreativity, kolaborasi atau collaboration, dan komunikasi communication dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dalam proses belajar murid. Seperti bagaimana menurutmu tentang kondisi lingkungan sekitar kita saat ini? Apa yang menarik dari masalah atau potensi ini sehingga kamu ingin bahas? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong murid untuk berpikir kritis dan logis dalam mengamati sesuatu yang terkoneksi dengan dirinya. 


Seni bertanya atau kemampuan bertanya ini juga sangat penting bagi guru sebagai fasilitator selain kemampuan mendengarkan. Agar murid berani mengeksplorasi sumber-sumber wawasan pengetahuan berdiskusi dan berdialog sampai pada akhirnya membantunya memiliki kompetensi abad 21 tersebut. 


Lalu bagaimana dengan pembelajaran kita saat ini, Mari kita refleksikan bersama, Apakah kita sudah berperan sebagai guru yang menuntut murid sesuai zamannya? Kompetensi apa yang sudah kita miliki untuk membantu murid merdeka belajar abad 21? 


Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat 

Salam dan bahagia.

"Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidup lahir sedangkan merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan." Ki Hajar Dewantara.




Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik Murid

Membimbing Murid Memperbaiki Bangsa

Salam dan bahagia 

Ibu dan bapak guru hebat

Halo ibu dan bapak guru 


Kali ini kita akan mengulas materi membimbing murid memperbaiki bangsa agar kita dapat memahami prinsip dan praktik pembelajaran yang mandiri dan kontekstual sesuai karakteristik dan kekhasan di daerah murid kita berada. 


Murid sering kali merasa senang dan bangga ketika guru mengkonversi pemahaman pengetahuannya dalam belajar dengan angka-angka penilaian. Semakin tinggi nilai angka semakin dianggap pintar dan cerdas, sebaliknya semakin rendah nilai angka semakin dianggap tidak pintar atau tidak cerdas. Hal ini dapat berdampak pada motivasi belajar murid yang cenderung fokus mendapatkan penilaian angka tinggi dari guru dan berkompetisi atau bersaing dengan teman-temannya. Belum lagi sistem pemeringkatan kelas yang dilakukan oleh guru, itu juga menjadi salah satu pengaruh motivasi belajar murid.


Sebenarnya niat apresiasi kepada murid bukanlah hal yang buruk jika dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berpihak pada anak atau murid. Akan tetapi masih banyak dari kita pendidik yang belum memahami prinsip berpihak pada murid tersebut. Bagaimana perasaan murid ketika ia mendapatkan peringkat paling bawah di kelasnya atau mendapatkan nilai ujian yang paling rendah kemudian diumumkan di dalam kelas tanpa pengertian atau penguatan dari guru dengan tepat? 


Kecenderungan mengandalkan ujian atau evaluasi sumatif tanpa didasari atas pemahaman tentang penilaian itu sendiri dapat menjadi bumerang dan sangat merugikan murid bahkan dapat melemahkan potensi dan kekuatannya. Proses demi proses yang dilalui murid dalam mencari dan membangun pengetahuan dan pemahamannya juga sebaiknya menjadi perhatian utama para guru. Dari sanalah guru dapat melakukan penilaian proses belajar atau formatif yang juga dapat digunakan untuk membantu merefleksikan pembelajaran yang disusunnya. Sehingga semangat perbaikan terus-menerus dapat diinternalisasikan dalam diri dan menjadi pegangan pada setiap pendidik. 


Budaya-budaya seperti memberikan nilai dengan angka dan membuat peringkat kelas sebaiknya dapat diubah dengan sistem penilaian dan apresiasi yang tidak membuat harkat dan martabat anak atau murid terkoyak dan memahami tujuan pengukuran atau penilaian itu sendiri. Penilaian atau pengukuran dimaksudkan untuk mengukur hasil atau dampak dari implementasi pembelajaran dari sudut pandang murid. 


Maka murid sebagai pusat pembelajaran bukan hanya sebatas semboyan atau jargon tetapi juga dapat termanifestasikan ke dalam proses belajar murid sehari-hari. Misalnya membimbing murid untuk membangun koneksi dan konteks belajar terhadap dirinya sehingga ia mampu menentukan tujuan belajarnya, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga murid berani bertanya dan berpendapat ketika ia ingin mengetahui dan memahami sesuatu dapat difasilitasi dengan baik. Bukan sebaliknya dilemahkan dengan stigma bahwa bertanya merupakan ciri murid yang tidak pandai atau tidak cerdas. Dan mendorong murid untuk mengembangkan keterampilan kerja sama, dan gotong royong membantu murid lain yang mengalami kesulitan belajar. 


Dengan demikian bukan hanya kecerdasan pikiran yang murid dapatkan melainkan juga ia dapat mengembangkan kecerdasan sosial emosional melalui pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhannya. Penumbuhan dan pengembangan karakter murid kadang terabaikan dan tertutupi oleh pengembangan kecerdasan kognitif dalam proses pembelajaran. Padahal pendidikan karakter sama pentingnya dengan kecakapan kognitif murid yang dapat menjadi modal dalam kehidupan dan penghidupannya kelak. 


Karakter yang berisikan nilai-nilai yang diyakini dan menjadi ciri khas setiap murid menjalani hidupnya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kesadaran untuk berani bertanya dan berpendapat merupakan salah satu karakter yang perlu dimiliki murid untuk mengaktualisasikan diri di mana ia berada. Dengan karakter berani bertanya dan mengemukakan pendapat ia akan terus mengasah keterampilan berpikir kritisnya mengembangkan kepekaannya pada lingkungan sekitar dan memajukan bangsa dan negaranya. Untuk mewujudkan itu mustahil murid akan mampu melakukannya sendiri, kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain tidak mungkin bisa dihapus. 


Oleh karenanya karakter khas bangsa Indonesia yang didasarkan juga atas kodrat sebagai makhluk sosial yaitu gotong royong atau bekerja sama menjadi salah satu karakter penting yang murid dapat temukan dalam pengalaman belajarnya. Gotong royong atau bekerja sama merupakan budaya ciri khas bangsa Indonesia, sehingga dengan membimbing murid untuk menemukan kesadaran bahwa gotong royong atau kerjasama penting dan bermanfaat baginya secara tidak langsung menanamkan melestarikan dan memperbaiki budaya bangsa Indonesia. 


Maka kita sebagai pendidik dapat mendampingi murid untuk menemukan menumbuhkan dan mengembangkan karakter tersebut sebagai bekal kehidupan dan penghidupannya sekaligus merupakan bagian dari kebudayaan kita. Dalam pembelajaran misalnya kita dapat melihat bagaimana guru membuka kesempatan kepada murid seluas-luasnya untuk bertanya hal yang mereka ingin ketahui dan menempatkan dirinya sebagai partner diskusi atau bertukar pikiran. 


Selain itu guru juga dapat memberikan apresiasi terhadap segala pertanyaan dan pendapat yang dikemukakan oleh murid tanpa membeda-bedakan antara murid yang satu dengan murid yang lainnya. Contoh lain ketika guru merencanakan pembelajaran dengan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya melibatkan murid dalam proses belajarnya dan melibatkan murid dalam mengevaluasi belajarnya dengan formulir penilaian diri misalnya.


Sebagai orang dewasa kita hanya dapat membimbing murid untuk memunculkan karakter-karakter yang menurutnya sesuai dengan nilai dan prinsip yang diyakininya. 


Mari kita refleksikan bersama, Apakah kita sudah memahami bahwa mengajar dan mendidik adalah bagian dari kebudayaan? Lalu apa yang dapat kitalakukan agar dapat berkontribusi membentuk budaya bangsa yang kuat dan menjunjung nilai-nilai luhur kemanusiaan?

Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat 

Salam dan bahagia

"Mengajar dan mendidik adalah bagian dari kebudayaan. Pendidik hendaknya menciptakan pembelajaran yang mandiri dan kontekstual sesuai karakteristik murid."


Peran Keluarga Sekolah dan Masyarakat

Salam dan bahagia 

Ibu dan bapak guru hebat


Selamat datang kembali di modul pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan. Kali ini kita akan mengulas materi tentang peran alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda, atau masyarakat dalam pendidikan. Agar kita dapat memahami peran ketiga alam tersebut dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran. 


Momen menjalani pendidikan di lembaga sekolah merupakan momen yang dinanti-nantikan bagi sebagian orang tua untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Ada orang tua yang benar-benar menyerahkan segala urusan didik mendidik murid kepada guru dan sekolah sebagai satu-satunya wadah karena kesibukannya bekerja. Tetapi ada juga orang tua yang ikut proaktif mendampingi tumbuh kembang anaknya dengan berkolaborasi dengan guru dan sekolahnya agar apa yang diberikan guru di sekolah selaras dengan apa yang dilatihkan di rumah. 


Tidak jarang orang tua menganggap guru sebagai faktor utama keberhasilan belajar murid sehingga guru dianggap berhak melakukan apapun kepada murid asalkan murid berhasil dididik dalam belajarnya. Seakan-akan beban berat hanya ada di punggung guru dalam mendidik murid padahal orang tua atau keluarga lah yang menjadi contoh teladan dan berkewajiban mendidik anak-anaknya.


Selain itu bagian yang juga berdampak pada perkembangan murid adalah lingkungan sekitar atau masyarakat karena di sanalah murid berperan dan berinteraksi langsung menjadi bagian dari masyarakat. Maka apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik agar lingkungan pembelajaran murid memberikan dampak dan berkontribusi terhadap tumbuh kembang murid? 


Tri sentra pendidikan adalah 3 wadah dasar proses pembentukan pendidikan murid yang terdiri darialam keluarga alam perguruan dan alam pergerakan pemuda atau komunitas atau masyarakat. Ketiganya berperan dan berkontribusi mengembangkan pengetahuan nilai-nilai dan keterampilan murid. Kita tidak cukup hanya membantu murid dengan wawasan ilmu pengetahuan dan teladan sikap, tetapi juga dapat membantu murid untuk dapat menemukan suasana atau atmosfer di mana ia hidup dan berada.


"Menghidupkan, menambah dan menggemberikan perasaan kesosialan tidak akan dapat terlaksana jika tidak didahului oleh pendidikan diri (pendidikan individu) karena inilah dasarnya pendidikan budi pekerti yang akan dapat menimbulkan rasa kemasyarakatan atau rasa sosial." Ki Hajar Dewantara.


Guru bersama orang tua membantu murid untuk menemukan dan memiliki budi pekerti luhur yang siap digunakan dalam mengembangkan rasa sosial murid di lingkungan di mana ia berada. Maka hubungan antara alam keluarga alam perguruan dan alam pergerakan pemuda atau masyarakat perlu dikuatkan dan diwujudkan dalam pembelajaran murid-murid kita. 


Sekarang mari kita bahas satu per satu wadah dasar proses pendidikan tersebut. 


Pertama yaitu alam keluarga 


Alam Keluarga "Merupkan sistem kecil di mana anak tinggal dan mendapatkan pendidikan pertama dan yang terpenting dalam hidupnya."



Pada alam keluarga lah anak mendapatkan dasar pendidikan budi, pekerti dan pendidikan sosial. Karena secara naluri baik disadari atau tidak manusia memiliki kecakapan dan keinginan untuk mendidik anak-anaknya secara rohani dan jasmani. Sebagai contoh kasih sayang, cinta dan perasaan-perasaan lain dapat tumbuh dalam hidup keluarga anak yang berperan penting menumbuhkan pendidikan budi pekerti yang kuat. Pendidikan sosial juga dapat muncul dan tercermin dari interaksi antar anggota keluarga seperti tolong-menolong antar mereka membantu dan menjaga anggota keluarga yang sedang sakit bersama-sama menjaga kebersihan dan ketertiban dalam keluarga dan lainnya menjadi modal pendidikan sosial yang berasal dari alam keluarga. 


Keluarga di sini bukan berarti keluarga inti, ayah ibu kakak dan adik saja melainkan lebih luas dari itu yaitu orang-orang dewasa yang merawat memelihara melindungi dan peduli terhadap tumbuh kembang anak.


Kedua adalah alam perguruan


Alam Perguruan "Merupakan wadah yang memfasilitasi pengembangan intelektual murid serta menuntun murid menemukan wawasan ilmu pengetahuan yang lebih luas,"


Alam perguruan ini meliputi semua jenis dan bentuk satuan pendidikan yang berperan dalam mengembangkan kecakapan berpikir murid. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan Balai Wiyata. Di sinilah kecakapan murid dapat diasah melalui pendidikan intelektual, akan tetapi Ki Hajar juga mengingatkan kita bahwa semakin cakap kemampuan berpikir dan luasnya pengetahuan semakin kuat pula ego dan budi keduniawian atau materialisme. Akibatnya dapat menghasilkan jiwa antisosial murid.


Oleh karena itu alam perguruan sebisa mungkin dapat selaras dan berkesinambungan dengan hidup alam keluarga dan tidak boleh terpisah agar murid mendapatkan kecerdasan kecakapan berpikir dan juga kecakapan sosial emosional.


"Alam perguruan dianggap sebagai media perantara dari kesinambungan 3 wadah dasar proses pendidikan (alam keluarga, alam perguruan, dan alam pemuda/masyarakat)"


Alam perguruan atau Balai Wiyata yang dulu menjadi tempat satu-satunya mengasah kecakapan intelektual, saat ini bentuk dan cara menuntun murid pun menyesuaikan zaman. Sebagai contoh guru menyelenggara pembelajaran daring dengan menggunakan berbagai media. Murid mencari tahu informasi dan pengetahuan yang membuatnya penasaran melalui mesin pencari pada gawainya, kemudian didiskusikan bersama guru dan teman-temannya. 


Maka guru perlu memahami konteks kebutuhan dan cara belajar murid pada masa sekarang juga sekaligus menjadi mitra kolaborasi dengan keluarga. 


Dan yang ketiga yaitu alam pergerakan pemuda ataumasyarakat


Alam Pergerakan Pemuda/ Masyarakat "Merupakan wadah yang memfasilitasi murid untuk mengaktualisasikan dirinya dan mengembangkan watak"


Alam pergerakan pemuda atau masyarakat inilah sebagai penguat pendidikan baik itu untuk kecerdasan budi, pekerti dan sosial emosional murid. Masyarakat merupakan lingkungan pembelajaran murid atau dapat dikatakan sebagai laboratorium pendidikan murid menumbuhkembangkan apa yang telah ia dapat di keluarga dan perguruan. 


Di masyarakat pula  murid membangun koneksinya dengan lingkungan dan alam sekitar di mana ia berada untuk mengetahuisi apa dirinya dan perannya di dalam masyarakat. Sama dengan apa yang terjadi pada alam perguruan. Majunya teknologi, terhubungnya setiap warga negara dengan warga negara lain melalui jaringan internet, membuat kita berpikir kembali tentang definisi alam masyarakat yang semakin meluas tidak hanya berada di lingkungan sekitar tetapi juga meluas bagian dari dunia yang tanpa sekat. 


Hadirnya teknologi juga membuat terbentuknya wadah-wadah baru dalam proses pendidikan murid, proses belajar murid. Sebagai contoh alam digital atau maya, alam algoritma, alam data, dan wadah atau alam-alam lain yang dibentuk dari majunya teknologi mempengaruhi cara belajar berperilaku dan aktualisasi diri murid-murid kita. Maka bukan hanya definisi alam pemuda atau masyarakat yang semakin luas, melainkan juga cara pandang kita sebagai pendidik dalam memahami bagaimana murid terhubung dengan lingkungannya.


"Proses pendidikan yang menggunakan kuatnya hubungan antar alam-alam inilah yang akan mengantarkan murid untuk dapat menghidupkan, menambah, dan menggembirakan perasaan hidup bersama dalam masyarakat (sosial), yang pada akhirnya menuju pada kecerdasan budi pekerti yang berdasarkan adab kebangsaaan dan semakin menguatkan hubungan antara keluarga, perguruan dan pergerakan pemuda/masyarakat." Ki Hajar Dewantara.


Sebagai contoh keluarga menanamkan nilai kemandirian pada anak sejak dini artinya sedapat mungkin anak diberi kepercayaan untuk dapat mengeksplorasi dan mengerjakan banyak hal secara mandiri. Selain itu keluarga juga menanamkan prinsip-prinsip kolaborasi, keterbukaan dan dialog. Orang tua atau keluarga dapat membantu anak untuk mencari sumber-sumber pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 


Apabila kemudian menemui kesulitan maka orang tua bisa mengajak anak untuk mendiskusikannya bersama guru di sekolah. Apabila kemudian pengetahuan dan pengalaman guru disekolah belum sepenuhnya sesuai kebutuhan belajar anak maka bisa bersama-sama bertanya atau mencari narasumber lain yang ada di sekitar. Guru dan murid dapat belajar bersama menggunakan mesin pencari dan sarana lain yang ada di luar sana yang bisa membantu memfasilitasi kebutuhan belajar anak. 


Mari kita refleksikan bersama Apakah kita sudah memahami peran keluarga perguruan dan masyarakat dan menerapkannya dalam pembelajaran yang kita rencanakan? 


Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk dapat mempraktikkan peran-peran tersebutdalam proses pembelajaran untuk murid-murid kita?

Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat 

Salam dan bahagia.


"Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda ( masyarakat)" Ki Hajar Dewantara.

Posting Selanjutnya Posting Sebelumnya
No Comment
Tambah Komentar
comment url