3.1.a.10. Aksi Nyata

AKSI NYATA 3.1
Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kab. Kebumen


1. Fact (Peristiwa)

Latar Belakang tentang Situasi yang Dihadapi

SDN 2 Banjararjo merupakan salah sekolah negeri di wilayah barat selatan Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen yang memiliki kultur yang beraneka ragam dan dengan mata pencaharian yang berbeda. 

Akan tetapi kebanyakan yang orang tuanya hidup di perantauan, baik yang bekerja sebagai TKI maupun bekerja di kota besar Indonesia. Mungkin itulah salah satu penyebab mengapa sangat rentan terjadinya perceraian. Anak dititipkan di kakek neneknya yang secara fisik dan kejiwaan bukan lagi waktu mengurus anak yang sedang butuh perhatian dan teman bicara. Usia tua renta yang seharusnya diurus dan dilayani bukan bukan mengurus dan melayani. Anaklah yang menjadi korban. 

Anak dibiarkan mau bagaimana pun yang penting makan. Akibatnya banyak anak yang mencari sosok seorang ayah dan ibu. Tak jarang melampiaskan dengan berteman dengan siapa sapa yang membuat mereka nyaman. Mereka tidak tahu sosok ibu itu seperti apa dan sosok ayah itu seperti apa. Mereka hanya tahu ibu dan ayah tugasnya memberi uang jajan saat mereka ingin dan mengirimi uang tiap bulan lewat rekening. 

Data tersebut didukung dari hasil wawancara wali kelas bersama guru mata pelajaran dengan siswa kelas 6. Hal tersebut berpengaruh terhadap cara memandang dan berinteraksi yang dilakukan peserta didik kepada guru-guru di SDN 2 Banjararjo. Mereka seolah-olah sedang sosok panutan hidup.

Kondisi faktual tersebut sangat berpengaruh besar terhadap para guru yang bertugas di SDN 2 Banjararjo. Awalnya kondisi tersebut terasa sangat berat. Tetapi Seiring berjalannya waktu kami mulai terbiasa untuk menghadapi kondisi tersebut. Kami sering berkomunikasi baik secara resmi dalam ruang rapat ataupun dalam ruang diskusi obrolan santai berkeluh kesah terhadap keadaan anak di kelas. 

Berdasarkan hasil obrolan tersebut mendapat kesimpulan bahwa sebagai guru SDN 2 Banjararjo harus mampu memerankan tiga sosok yaitu:

Pertama sebagai orang tua yang mampu menunjukkan anak ke arah jalan yang lebih baik melalui bimbingan, seperti membiasakan penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang sudah sering diacuhkan dan luntur. 

Kedua sebagai teman yang mampu menanamkan dan melakukan prinsip-prinsip positif seperti  prinsip tanggung jawab, kerja sama dan kompetensi untuk mewujudkan nilai- nilai sosial. Ketiga menjadi guru, sosok yang membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan keterampilan serta pengetahuan. Jadi guru harus mampu memerankan dirinya sebagai teladan, pendorong, penuntun dan pengarah bagi seluruh peserta didik.

Ketiga peran tersebut memunculkan keberanian kepada peserta didik untuk mencurahkan apa yang mereka rasakan, permasalahan apa sedang hadapi dan keinginan apa yang mereka harapkan. Ini yang mendorong guru untuk mampu membantu mereka dengan proses coaching dan pengambilan keputusan yang tepat yang dapat melejitkan setiap potensi yang dimiliki peserta didik.

Sejalan dengan tujuan pendidikan guru penggerak untuk menciptakan pemimpin pembelajaran. Pembelajaran yang selalu memperhatikan perbedaan kebutuhan belajar peserta didik dan melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlakul karimah, mandiri, kreatif, bernalar kritis, gotong royong dan berkebhinekaan global atau sering disebut dengan profil pelajar Pancasila. Cita-cita luhur tersebut akan tercapai jika seluruh elemen yang ada di sekolah mampu bergerak bersinergis untuk berkolaborasi, bergotong royong dan bekerja sama. 

Tidak menumpukkan tanggung jawab hanya pada guru penggerak yang ada di sekolah tersebut. Guru penggerak harus menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman dan praktik baik yang diperoleh selama pendidikan guru penggerak kepada seluruh warga sekolah. guru penggerak akan memberikan perubahan terhadap komunitas sekolah. Salah satu bentuk pengimbasan yang dilakukan guru penggerak adalah melakukan aksi nyata yaitu aksi nyata modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 

Supaya selaras harus dilakukan sosialisasi dan praktik pengambilan keputusan kepada guru-guru SDN 2 Banjararjo.   Guru dapat melahirkan Peserta didik yang merdeka dari proses pengambilan keputusan yang tepat dari seorang guru. Pengambilan keputusan keputusan yang diawali dengan memetakan aset/sumber daya yang dimiliki menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.

Kegiatan aksi nyata ini meliputi tiga kegiatan yaitu : 

  1. Sosialisasi dan praktik pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada pemangku kepentingan dan stakeholder sekolah dan komunitas praktisi dan seluruh warga sekolah. 
  2. Penerapan pengambilan keputusan yang dialami peserta didik, kegiatan ini dilakukan dengan mengimplementasikan langkah-langkah pengambilan keputusan terhadap situasi yang dialami peserta didik.
  3. Refleksi hasil pengambilan keputusan yang dialami peserta didik, kegiatan ini dilakukan oleh Calon Guru Penggerak dengan guru kelas serta guru mata pelajaran.

Deskripsi Aksi Nyata 

Aksi nyata penerapan modul 3.1. pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan Calon Guru Penggerak di SDN 2 Banjararjo dimulai dengan mensosialisasikan perbedaan dilema etika dan bujukan moral serta Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sosialisasi dilakukan beberapa waktu yang berbeda. 

Pertama sosialisasi dilakukan kepada kepala sekolah yang dihadiri pula oleh beberapa guru dan komunitas praktisi. Di lain waktu sosialisasi di lakukan kepada seluruh warga sekolah tak terkecuali peserta didik yang dikumpulkan di lapangan sekolah. 

Alhamdulillah kepala sekolah, komunitas praktisi, beberapa guru dan peserta didik menjadi paham perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral. 

Mereka pun memahami bagaimana mengambil keputusan dengan mengaplikasikan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka paham bagaimana mengambil keputusan yang meminimalisir kesalahan dan resiko akibat keputusan yang tidak tepat. 

Dan mereka paham cara mengambil keputusan dengan tepat. Mereka pun diberi pemahaman terkait paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan selain 9 langkah pengambilan keputusan.

Selanjutnya Calon guru penggerak mengadakan simulasi dengan beberapa peserta didik. Beberapa peserta didik diberikan contoh kasus yang terkait dilema etika yang sering terjadi dengan keseharian peserta didik. 

Mereka coba menyelesaikan kasus dilema etika tersebut dengan mempraktikkan cara pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman hasil sosialisasi sebelumnya. Kasus yang menimpa mereka yang berhubungan pengambilan keputusan dan dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip dan langkah pengambilan keputusan. 

Ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan meliputi :

1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2) Menentukan siapa yang terlibat
3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
4) Pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut yang terdiri dari

  • Uji legal
  • Uji intuisi
  • Perasaan saat keputusan kita dipublikasikan di halaman depan
  • Keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi ini?

5) Menentukan paradigma yang terjadi pada situasi tersebut
6) Menentukan prinsip yang akan kita pilih/pakai dari tiga prinsip
7) Melakukan Investigasi Opsi
8) Membuat keputusan
9) Melihat dan merefleksikan keputusan kita

Awalnya mereka kebingungan tetapi dengan berdiskusi dan berkolaborasi dengan temannya sedikit demi sedikit mereka memahami cara pengimplementasian konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka tampak antusias menyelesaikan kasus yang disajikan. Mereka saling bertanya kasus tersebut pernah dialami pernah dialami mereka.  

Kasus tentang bagaimana keputusan yang harus diambil oleh seorang siswi ketika dihadapkan dengan dua pilihan melanjutkan sekolah ke SMP karena pilihan sendiri supaya bisa sekolah ke jenjang berikutnya agar dapat langsung bekerja untuk membantu ekonomi keluarga atau melanjutkan ke MTs atau Pondok Pesantren pilihan dari orang tua supaya selain bertambah ilmu umum juga dapat ilmu agama kemudian bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan orang tua bekerja sebagai TKI, ingin anaknya sekolah setinggi-tingginya. Sebenarnya anak tersebut ingin sekolah lebih tinggi tapi suka ada perasaan ingin juga berkumpul bersama orang tua yang utuh biarlah sampai pendidikan tertinggi supaya sedikit bisa meringankan beban orang tua.


Alasan Melakukan Aksi Nyata tersebut

Perubahan tidak akan maksimal berjalan jika dilakukan hanya oleh CGP saja. Perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak khusus pemimpin/kepala sekolah dan seluruh warga sekolah. dilema etika merupakan dua kebenaran yang datang secara bersamaan dan perlu ada satu pilihan tepat dari kedua kebenaran tersebut. 

Dengan sosialisasi terhadap kepala sekolah, beberapa guru, komunitas praktisi dan para peserta didik akan memberikan pencerahan dalam pengambilan keputusan permasalahan dilema etika yang dihadapi warga sekolah. 

Sosialisasi kepada peserta didik pun akan membantu mereka menentukan suatu pilihan tepat dengan berbagai pertimbangan yang matang. Simulasi yang dilakukan kepada peserta didik akan membantu mereka mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan dan mendewasakan mereka dalam menghadapi setiap kasus/permasalahan dilema etika yang terjadi.


Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan

Warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa itu dilema etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang diambil tidak menimbulkan polemik susulan. Ataukah jika tidak tepat segala kemungkinan yang muncul akan dapat di minimalisir.

Dengan melakukan praktik nyata kepada peserta didik terkait kasus yang disuguhkan, menjadikan peserta didik tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Secara logis mereka menimbang dan memikirkan dengan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang mereka ambil dapat dipertanggung jawabkan dan memberikan alasan logis kepada orang tua mereka. Keputusan yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan matang dan dihasilkan dengan penuh kesadaran.

Berikut adalah beberapa dokumentasi aksi nyata modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang dilakukan di SDN 2 Banjararjo:

Gambar 1. Sosialisasi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
Gambar 2. Praktik pengambilan keputusan dengan rekan sejawat

Gambar 3. Penerapan pengambilan keputusan bersama peserta didik 
Gambar 4. Refleksi hasil pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

2. Feeling (Perasaan) 

Perasaan Saat Melaksanakan Aksi Nyata 

Pada saat melakukan Aksi Nyata ada perasaan keraguan yang sering muncul. Apakah praktik baik yang akan dilakukan yaitu pengimbasan pengetahuan dan pengalaman terkait konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami oleh seluruh warga sekolah. dan apakah peserta didik mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dalam kasus  yang disuguhkan. 

Seiring dengan proses yang dilakukan keraguan tersebut terbantahkan. Seluruh warga sekolah menerima dengan tangan terbuka terhadap perubahan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Walaupun konsep pengambilan dan pengujian keputusan termasuk konsep baru Alhamdulillah proses sosialisasi kepada seluruh warga sekolah berjalan sesuai dengan harapan dan siswa pun mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terhadap kasus yang disuguhkan kepada mereka.  


3. Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran Yang Didapat 

Ada beberapa hal yang menjadikan catatan dari pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan di SDN 2 Banjararjo yang akan dijadikan bahan pertimbangan.

Praktik baik penerapan konsep pengambilan keputusan hanya dilakukan kepada beberapa peserta didik tidak semua peserta didik melakukan praktik baik tersebut. Tidak menutup kemungkinan masih banyak peserta didik kebingungan dan bahkan tidak secara maksimal mampu mempraktikkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam menyelesaikan kasus dilema etika yang bakal mereka hadapi di kemudian hari.

Pengambilan keputusan bisa jadi tidak berjalan seutuhnya apalagi jika pengambilan keputusan tersebut berbenturan dengan kebijakan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh pemangku kebijakan dalam satu institusi (Sekolah).

Suatu praktik baik yang dilakukan dengan niat tulus dan sejalan dengan peningkatan kualitas seluruh elemen institusi akan memberikan kemanfaatan dan keberhasilan terhadap institusi tersebut. Begitu pun dengan praktik baik yang dilakukan CGP di SDN 2 Banjararjo memberikan beberapa keberhasilan di antaranya sebagai berikut:

  • Khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam pengambilan keputusan seluruh warga sekolah makin bertambah dan meningkat.
  • Kepala sekolah, guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya bergerak bersinergis menerapkan proses pengambilan keputusan baik di kegiatan sekolah ataupun di kelas .
  • Terjadi perubahan paradigma warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tadi selalu bergerak cepat sekarang ada proses dengan pertimbangan dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.  


4. Future (Penerapan Ke Depan)

Rencana Perbaikan 

Rencana perbaikan penerapan yang dilakukan adalah :

  • Setiap peserta didik diberikan kesempatan yang sama untuk mempraktikkan konsep pengambilan keputusan dengan menerapkan Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan baik dalam forum diskusi maupun disisipkan sebagai materi tambahan yang dilakukan guru mata pelajaran.
  • Memaksimalkan peran komunitas praktisi dalam membentuk menerapkan konsep pengambilan keputusan sebagai agen perubahan yang akan memberikan layanan terhadap kesulitan yang terjadi pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
  • Melibatkan warga sekolah untuk melakukan umpan balik dari setiap pengambilan keputusan yang dibuat dan memberikan keleluasaan untuk memberikan masukan demi ketepatan keputusan dan melakukan refleksi.


Salam Guru Penggerak

Salam Bahagia

Semoga Bermanfaat


Posting Selanjutnya Posting Sebelumnya
No Comment
Tambah Komentar
comment url