Jurnal Refleksi Minggu Ke-14
JURNAL REFLEKSI MINGGU KE- 14
Modul 2.3 CoachingModel 3: Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)Oleh: Heri Nofi Nuriyanto
Alhamdulillah rasa syukur yang tak terhingga kepada sang penentu takdir karena saya sampai juga di minggu ke-14 pendidikan guru penggerak. Di minggu ke-14 ini ada beberapa materi yang harus dipelajari dan beberapa aktivitas pembelajaran yang harus dilalui yaitu :
- Mulai dari diri
- Eksplorasi Konsep Mandiri
- Pendampingan 3
Pada minggu ke-14 ini saya akan coba membuat jurnal refleksi mingguan dengan menggunakan model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi) sebagai berikut:
1. Fact (Fakta)
a. Mulai Dari Diri
Mulai dari diri yang dilakukan adalah Seberapa Jauh Saya Memahami Konsep Coaching di sekolah. CGP di dalamnya memberikan tanggapan-tanggapan terhadap kasus, di antaranya: Menentukan sikap sebagai seorang guru melihat murid berprestasi yang mengeluhkan tentang susah konsentrasi dan penurunan motivasi belajar yang mengakibatkan ketidakpuasan orangtuanya dan menyikapi murid yang mengeluh karena ia tidak bisa mengikuti beberapa pelajaran dengan baik ketika di ajar oleh guru-guru tertentu yang tidak sesuai dengan harapannya. Sebelum memberikan tanggapan CGP mengisi lama mengajar menjadi guru.
b. Eksplorasi Konsep Mandiri
Dalam eksplorasi konsep mandiri, CGP diharapkan dapat memahami konsep coaching. Ada 4 Eksplorasi Konsep yang harus diberikan tanggapan, diantaranya:
1) Eksplorasi Konsep - Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan
Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Ada 4 keterampilan dasar seorang coach, yaitu keterampilan membangun dasar proses coaching, keterampilan membangun hubungan baik, keterampilan berkomunikasi, keterampilan memfasilitasi pembelajaran. Dalam hal ini juga CGP harus dapat membedakan perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching.
2) Eksplorasi Konsep - Komunikasi Yang Memberdayakan
Ada 4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan, yaitu hubungan saling mempercayai, menggunakan data yang benar, bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi dan rencana tindak lanjut/aksi.
Pada bagian ini, juga membahas empat aspek berkomunikasi yang perlu dipahami dan kita latih untuk mendukung praktik coaching, yaitu:
- Komunikasi asertif, dengan menyamakan kata kunci, bahasa tubuh, dan emosi.
- Pendengar aktif, dengan memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan, meresponnya dengan bahasa tubuh yang cenderung luwes, menanggapi dengan tepat, belajar menggunakan bahasa yang mudah dipahami mereka, dan bertanya terhadap apa yang mereka sampaikan
- Bertanya efektif, terdiri dari pertanyaan terbuka, pertanyaan berfokus pada tujuan, pertanyaan refleksi, pertanyaan eksplorasi, pertanyaan mengukur pemahaman, pertanyaan aksi.
- Umpan balik positif, dengan cara langsung diberikan saat komunikasi, spesifik, faktor emosi dengan mengikutsertakan emosi yang dirasakan, dan apresiasi dengan menyertakan motivasi positif.
3) Eksplorasi Konsep - TIRTA Sebagai Model Coaching
TIRTA kepanjangan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggung jawab. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
4) Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching
Dalam Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching, CGP diminta menanggapi tentang apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee, bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach), apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah, apa tantangan utama dalam melakukan praktek coaching model TIRTA, dan siapakah yang dapat membantu melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah dan bagaimana melibatkan mereka.
c. Pendampingan 3 oleh Pengajar Praktik
Pada pendampingan 3 ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Agustus 2021 oleh Pengajar Praktik Bapak Rusnadi, S.Pd. M.Pd. Beberapa materi yang ditanyakan terkait pendampingan ini, yaitu tindak lanjut visi sekolah, membangun budaya positif di sekolah, penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada siswa serta persiapan kegiatan lokakarya berikutnya.
2. Feeling (Perasaan)
Saat mempelajari materi baru saya merasa bersyukur termasuk bagian dari perubahan karena saya jadi tahu CGP mendemonstrasikan pemahaman mengenai konsep coaching dalam pendidikan, komunikasi yang memberdayakan, dan TIRTA sebagai model coaching. Muncul rasa bahagia tatkala berdiskusi dengan calon guru penggerak lain terkait forum diskusi eksplorasi konsep coaching karena saling bertukar pikiran dalam melakukan coaching. Berbagi pengalaman pengimplementasian respon, praktek, tantangan di kelas dan sekolah.
3. Benefit (Manfaat)
Setelah mempelajari materi tentang coaching, manfaat yang saya dapat dalam proses coaching seorang coach akan membantu untuk memprovokasi pemikiran coachee (orang yang di coaching) sehingga coachee akan berfikir dan mendapatkan solusi atas permasalahan yang dimilikinya. Selain itu coaching juga dapat membantu pengambilan keputusan. Dengan komunikasi yang memperdayakan menjadikan komunikasi lebih baik dan efektif, sehingga orang lain akan mudah memberikan kita tempat pada hati mereka.
4. Cautions (Kendala)
Jaringan internet yang putus nyambung sehingga materi tidak tersampaikan begitu jelas. Sehingga kesulitan jika diminta untuk menanggapi pertanyaan pada LMS. Merubah mindset teman sejawat dan peserta didik tidak semudah yang kita bayangkan membutuhkan proses yang cukup menyita energi dan pemikiran. Tetapi tidak boleh menyerah harus terus berproses supaya terjadinya perubahan kondisi. Keadaan yang sesuai dengan harapan.
5. Creativity (Ide/Gagasan)
Akan mencoba untuk mengimplementasikan konsep coacing di kelas dan sekolah. Kemudian membagikan praktik baik ini kepada warga sekolah lainnya sehingga perubahan akan lebih cepat dirasakan murid. Diperlu diadakannya kolaborasi, membuka ruang pikiran untuk berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan seluruh warga sekolah khususnya guru-guru untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang berpusat pada anak dengan menerapkan pembelajaran konsep coaching.
6. Process (Kesimpulan)
Sebagai calon guru penggerak untuk mampu menciptakan merdeka belajar harus memulai dari diri sendiri bergerak dengan mengimplementasikan konsep coaching baik di kelas maupun di sekolah, selanjutnya menggerakkan warga sekolah dengan membuat komunitas praktisi yang mampu bersinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang berpihak pada murid.