5 Kompetensi dalam Pembelajaran Social Emotional Learning (SEL)
Ada banyak yang mempengaruhi proses pembelajaran anak dan satu di antaranya adalah SEL atau Social Emotional Learning.
SEL inilah yang akan mempengaruhi bagaimana perilaku anak ke diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Namun, apa yang dimaksud dengan SEL dan apa saja kompetensinya?
Singkatnya, SEL merupakan proses pembentukan mengenai kesadaran dan kontrol diri serta kemampuan berkomunikasi. Untuk tahu lebih lengkap mengenai SEL dan kompetensinya, simak informasi berikut.
Apa itu SEL?
Sosial Emosional Learning atau SEL adalah proses pembentukan diri yang berkaitan dengan kesadaran diri, kontrol diri dan kemampuan relasi. Kenapa SEL sangat penting? Karena proses ini akan membantu kehidupannya baik di sekolah, lingkungan kerja atau bermasyarakat.
Perlu Anda tahu bahwa orang yang punya sosial emosional yang baik jauh lebih bisa:
- Menerima dan melakukan tantangan, misalnya dalam bekerja.
- Lebih mudah untuk belajar.
- Bersikap professional.
- Bersosialisasi
Jadi, pembelajaran SEL ini tidak hanya fokus pada kemampuan anak dalam jangka waktu dekat tetapi juga jangka panjang. Tidak mengherankan jika saat ini banyak pihak terutama sekolah yang kemudian menerapkan SEL dalam pembelajaran anak.
Tapi, apakah SEL bisa diaplikasikan begitu saja? Tidak.
Menurut Durlak et al., 2010, 2011 yang dikutip dalam Edutopia menjelaskan bahwa program SEL harus sesuai dengan SAFE, yaitu:
- Sequenced: saling berkaitan dan terkoordinasi untuk mendorong keterampilan anak.
- Active: bentuk pembejalaran aktif agar anak mampu menguasai keterampilan yang baru.
- Focused: menekankan pengembangan keterampilan baik secara individu maupun sosial.
- Explicit : menargetkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih spesifik
Kompetensi SEL
Konsep SEL ini awalnya dikemukakan oleh Daniel Goleman (1985). Menurut Daniel, pembelajaran sosial emosional perlu diberikan untuk kesuksesan anak terutama dalam mengembangkan pendidikan.
Menurut CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning), terdapat 5 kunci pengembangan SEL pada anak. 5 konsep Social Emotional Learning yaitu:
1. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Self awareness berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai atau value diri. Seseorang yang memiliki kesadaran tinggi yang tinggi mampu mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan.
Apakah hanya itu saja? Tidak.
Orang yang punya kesadaran diri yang tinggi akan mampu menilai secara akurat kekuatan dan keterbatasan diri. Alhasil, tingkat percaya dirinya, mindset, optimisnya sangat kuat. Karena hal tersebut, kesadaran diri perlu ditanamkan sejak kecil untuk membantu tumbuh kembang anak.
Lantas, kemampuan apa saja yang berkaitan dengan kesadaran diri? Setidaknya ada 5 kemampuan yang berkaitan dengan kesadaran diri, yaitu:
- Mengidentifikasi emosi: seseorang harus mengidentifikasi emosi yang dimiliki karena mosi ini berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan. Jika tak mampu mengidentifikasi diri dan mengontrolnya, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan bersosialisasi.
- Self-perception yang akurat karena pada dasarnya kesadaran diri berkaitan dengan diri sendiri. Anak perlu mengenali bagaimana dirinya, apakah baik atau buruk. Dengan begitu, anak akan paham dan mengerti dirinya sendiri dan mengontrol dirinya termasuk tingkah lakunya.
- Mengenali keunggulannya karena masing-masing anak memiliki keunggulan yang berbeda. Mengenali sisi plus dari anak bisa membantu perkembangan sosial emosinya. Jadi, anak bisa fokus pada keunggulan yang ada di dirinya dan bukan fokus kekurangan.
- Memiliki kepercayaan diri yang akan sangat berpengaruh untuk kehidupan sosialnya. Misalnya berinteraksi dengan orang lain.
- Memiliki keyakinan diri untuk mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Manajemen Diri (Self Management)
Kompetensi manajemen diri ini berkaitan mengenai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan stress, mengontrol hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.
Ada 6 kemampuan yang berkaitan dengan manajemen diri, yaitu:
- Menahan hasrat atau nafsu yang berkaitan dengan menunda perayaan atau kepuasaan diri sendiri. Kemampuan ini juga berkaitan dengan unjuk gigi di saat yang tepat atau berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Dengan begitu, anak bisa tahu, kapan harus bertindak dan kapan harus menahan diri.
- Manajemen stress untuk membantu anak bertahan di kondisi tertentu, misalnya saat belajar, sehingga tujuannya tercapai.
- Mendisiplinkan diri dan dalam hal ini termasuk mengontrol perasaan dan hasrat diri. Self-discipline juga bisa dikatakan sebagai kemauan diri untuk menahan diri agar bisa fokus ke tujuan yang sudah dibuat.
- Mengatur tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengatur goal perlu mempertimbangkan SMART untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak. SMART adalah singkatan dari specific, measurable, attainable, realistic, timely.
- Memotivasi diri: anak butuh dorongan dari dalam dirinya sendiri agar bisa bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya motivasi diri, seseorang hanya bisa berjalan di tempat dan tidak akan mengalami proses yang berarti.
- Kemampuan berorganisasi yang akan bermanfaat untuk mengatur informasi dan waktu. Dengan begitu, anak akan lebih terorganisir, produktif dan memaksimalkan waktu serta menyaring informasi yang relevan dengan tujuan.
3. Kesadaran Sosial (Social Awareness)
Kesadaran sosial berkaitan dengan kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. Singkatnya, kemampuan ini berkaitan erat dengan norma dan etika berperilaku terutama di kelompok misalnya di masyarakat.
Kemampuan akan kesadaran sosial ini sangat membantu anak untuk bisa memahami dan menghormati orang lain. Kemampuan ini tentu akan sangat bermanfaat ketika anak dewasa dan menemui banyak orang dengan latar belakang yang berbeda.
Bagaimana jika seseorang tidak punya social awareness? Orang tersebut akan tumbuh dengan rasa benci, mudah menghakimi dan tidak bisa berpikiran terbuka. Orang tersebut fokus pada dirinya sendiri dan masa bodoh dengan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Maka dari itu, sejak kecil anak perlu dibimbing dan dilatih mengenai kesadaran sosial. Ada 4 kemampuan atau skill yang perlu dimiliki, yaitu:
- Pengambilan atau melihat dari perspektif: kemampuan ini berkaitan erat dengan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda di kondisi dan situasi tertentu. Anak perlu belajar untuk mencoba memahami situasi yang berbeda untuk memahami kondisi sekitarnya.
- Empati berkaitan dengan memahami apa perasaan orang lain karena seakan menempatkan diri di posisi orang tersebut.
- Mengapresiasi dan menghormati perbedaan yang dimiliki antar individu. Jadi, anak Anda tidak membeda-bedakan orang berdasarkan pada asalnya, bahasanya, kulit tubuhnya, kondisinya, jenis kelaminnya, kepercayaannya terutama saat berteman.
- Menghormati orang lain dengan pikiran terbuka dan tidak sembarangan melakukan penghakiman atas kondisi tertentu. Dalam melatih anak, cobalah untuk memulai untuk mengajarkan pada anak untuk tidak saling membenci. Anda juga bisa menunjukkan dengan tindakan bagaimana cara menghormati dan berpikiran terbuka.
4. Kemampuan Berelasi (Relationship Skill)
Kemampuan berelasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan kelompok.
Dengan kata lain, kemampuan berelasi ini berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi seseorang.
Bayangkan, tanpa adanya komunikasi, apakah seseorang bisa bersosialisasi dengan baik? Tidak.
Kemampuan berelasi ini akan sangat bermanfaat untuk anak ketika bekerja sama dalam tim, baik tim kecil ataupun tim besar.
Kemampuan berelasi ini juga berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertahan dari tekanan, meminta atau menawarkan bantuan ke orang lain.
Ada 6 kemampuan atau skill yang perlu dipahami dalam kompetensi relationship skill, yaitu:
- Berkomunikasi dengan jelas: komunikasi yang Anda tangkap mungkin berkaitan dengan berbicara atau menyampaikan pendapat. Namun, komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan memahami gesture atau bahasa tubuh, ekspresi sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman.
- Mendengarkan dan meresponnya dengan baik. Untuk menjadi pendengar yang baik, tentu kemampuan kontak mata, fokus, memahami ekspresi muka dan memberikan jawaban diperlukan.
- Bekerja sama dengan yang lain untuk meraih tujuan. Dalam kemampuan ini, sebagai individu, anak dituntut untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan begitu, anak akan lebih menghormati pendapat orang lain dan bekerja sama untuk keperluan tim.
- Tahan dari tekanan sosial dan kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan self management skill. Anak yang mampu bertahan dari tekanan sosial dapat bertahan untuk tidak terlibat dengan sesuatu yang berpotensi merusak diri.
- Perundingan masalah secara konstruktif yang melibatkan pencapaian untuk saling memuaskan dan memenuhi kebutuhan dari semua pihak. Dengan kata lain, skill ini berkaitan erat dengan musyawarah mufakat untuk membuat dan menentukan solusi yang adil untuk semua pihak.
- Menawarkan dan mencari bantuan jika diperlukan karena tidak semua orang mampu bertahan di kondisi yang berbeda-beda. Jadi, perlu pemahaman yang baik untuk mengenali situasi dan apa yang dibutuhkan/ditawarkan ke orang lain. Dengan begitu, aktivitas bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan.
5. Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision Making)
Kemampuan ini berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara bertindak sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.
Namun pertanyaannya, bagaimana seseorang terutama anak tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana pula memutuskan sesuatu dengan benar sesuai situasi dan kondisi?
Orang dewasa secara alami mampu menilai dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan untuk anak, Anda masih perlu memberitahu mana yang benar dan mana yang salah.
Untuk lebih jelasnya, ada 5 skill yang berkaitan erat dengan responsible decision making yang perlu Anda tahu, yaitu:
- Mengidentifikasi masalah: apakah masalah yang dihadapi tersebut mudah atau susah. Dalam pembelajaran, anak akan dihadapkan dalam suatu masalah dan biarkan anak untuk bertindak sendiri. Lihat dan bimbing apakah anak mampu mengidentifikasi masalahnya atau justru sebaliknya dan butuh bantuan dari orang dewasa.
- Menganalisa situasi yang berkaitan erat dengan mengidentifikasi masalah. Untuk menganalisa situasi, tentu anak Anda harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu, anak Anda bisa mengetahui masalahnya seperti apa dan cara mengatasinya.
- Mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, anak harus tahu kemungkinan yang akan terjadi jika keputusan tersebut diambil. Misalnya apakah akan merugikan salah satu pihak atau cukup adil untuk semua pihak.
- Mempertimbangkan tanggung jawab dari keputusan yang diambil. Dalam pembelajaran, anak perlu mempertimbangkan mengenai norma yang berlaku.
- Evaluasi dan introspeksi diri sebagai bentuk perubahan atas keputusan yang diambil. Anak perlu tahu apakah keputusan tersebut tepat atau tidak dan kemudian mengevaluasi sehingga ada perbaikan di masa depan.
Perlu digarisbawahi, pembelajaran mengenai Social Emotional Learning tidak hanya dilakukan di sekolah. Dalam lingkup yang lebih besar, keluarga, komunitas dan lingkungan sekitar juga berperan serta dalam sosial emosional anak.
Dengan begitu, sosial emosional yang dimiliki anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.