ALAM SEMESTA SEBAGAI CIPTAAN ALLAH UNTUK MANUSIA

ALAM SEMESTA SEBAGAI
CIPTAAN ALLAH UNTUK MANUSIA




BAB I
PENDAHULUAN


Alam semesta beserta isinya, baik langit, bumi, planet-planet, tata surya, bulan, bintang dan sebagainya itu adalah bukti kekuasaan Allah. Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah paling sempurna. Maka dengan ini melalui akal dan ilmu pengetahuannya harus dapat mengelola sumber daya alam (SDA) dengan memperhatikan kepentingan masa kini dan kepentingan masa yang akan datang. Alam semesta diciptaan oleh Allah semata-mata adalah untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi pada hakikatnya penciptaan ini perlu dilestarikan, dijaga dan disyukuri agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dalam makalah ini, penulis membahas hal-hal yang pokok mulai yang pertama adalah pengertian alam semesta, yang berisi tentang berbagai pendapat tentang adanya alam ini. Kedua membahas tentang penciptaan alam semesta, yang membahas tentang proses penciptaan alam, mulai dari dalil dan kedudukannya. Dan yang ketiga, membahas tentang tugas manusia sebagai pengemban amanat Allah terhadap alam semesta. Dari ketiga bahasan ini perlu diuraikan melalui bab berikut ini.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Alam Semesta
Alam semesta dengan konsep filsafat eksistensi Plato yang dikembangkan oleh Al-Maturidi tentang ada adanya (ada) diadakan oleh adanya ada. Adanya ada tidak diadakan dengan adanya (ada) sehingga adanya ada, ada dengan sendirinya.
Dalam Firman Allah di tegaskan:

uqèd ãA¨rF{$# ãÅzFy$#ur ãÎg»©à9$#ur ß`ÏÛ$t7ø9$#ur ( uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« îLìÎ=tæ ÇÌÈ 
Artinya:
Dialah yang Awal dan yang akhir, yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S. Al-Hadid: 3)

Adapun dari dalil di atas, yang dimaksud dengan yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena banyak bukti-buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.
Penciptaan Alam Semesta
Berjuta-juta tahun yang lampau, semua mahluk dan semua isi planet ini sebenarnya tidak ada. Langit, bumi, gunung-gunung, flora dan fauna, sungai, laut,  bulan bintang dan matahari, bahkan manusiapun belum ada. Demikian pun mahluk seperti malaikat, jin, iblis, juga belum ada. Yang ada hanyalah Allah SWT. Kemudian Allah kodrat dan iradatnya menciptakan alam semesta ini.
Allah menciptakan alam semesta ini dalam enam periode atau masa, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ  
Artinya:
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.”(Q.S. Hud: 7)

Dalam ayat di atas dimaksudkan bahwa Allah menjadikan langit dan bumi untuk tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
Sehingga melalui kuasa Allah diciptakan alam semesta ini beserta isinya. Selain itu Allah juga mengatur pergantian siang dan malam serta peredaran bumi, bulan dan matahari sehingga manusia dapat menyaksikan keteraturan dan keserasian alam ciptaan-Nya.
Firman Allah dalam Surat Yunus ayat 3, sebagai berikut:

اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْاَمْرَۗ مَا مِنْ شَفِيْعٍ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ اِذْنِهٖۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Artinya:
Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? ( Q.S. Yunus : 3)

Maka dengan ini sudah sewajarnya manusia senantiasa berfikir tentang keagungan, kebesaran dan kekuasaan Allah segala sesuatu atau apa saja yang diciptakan oleh-Nya. Akan tetapi bila diamati lebih jauh, sebenarnya Al-Qur’an telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena yang membimbing manusia kepada Allah serta keajaiban dan keagungannya.
Tugas Manusia Sebagai Pengemban Amanat Allah
Al-Qur’an berusaha mengangkat derajat manusia pada kedudukan yang tinggi, dengan memberikan kemampuan kepadanya untuk melihat dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Orang yang berilmu pengetahuan dan yang memiliki akal yang mampu melihat hakitat alam semesta, kekuasaan yang hak, yang mengendalikan dan mengatur keseluruhannya.
Setelah manusia diciptakan, Allah menganugrahi manusia dengan pengetahuan dan pengertian unsur dari alam semesta agar dapat menggali dan memanfaatkan kekayaan yang ada di bumi dan ada di langit bagi kesejahteraan hidupnya. Kekayaan pengetahuan inilah yang mengangkat kedudukan manusia di atas mahluk lainnya. Sehingga tugas manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang ada di bumi, yaitu untuk memelihara dan melestarikan alam semesta ini agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidupnya. 
Manusia bukan hanya diberikan kekayaan di bumi dan di langit, akan tetapi juga diberikan kemampuan untuk menembus batas-batas bumi serta mengamati tanda-tanda kebesaran Allah.
Dalam Firman Allah disebutkan:
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ
Artinya:
Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah). (Q.S. Ar-Rahmaan:33)

Mengambil perkataan dari Arnold Toynbee, bahwa peradaban manusia itu lahir, tumbuh dan berkembang mencapai puncak kejayaannya, kemudian ia runtuh dan hancur. Demikian ia berputar (siklus) seperti roda pedati. Oleh karena itu satu hal yang penting ialah bahwa ia tidak boleh kehilangan dirinya dalam kejayaan itu. Ia wajib ingat bahwa hidup itu hanya sementara, suatu peristiwa yang akan berlalu dan tujuan tertinggi hidupnya itu bergantung pada bagaimana ia menggunakan hidupnya, apakah untuk mentaati perintah Allah ataukah menentang terhadapnya.
Manusia selain memanfaatkan apa yang ada di bumi dan apa yang ada di langit, manusia juga harus menjaga, melestarikan dan bersyukur atas anugrah dan karunia-Nya. Manusia tidak diperkenankannya untuk berbuat kerusakan terhadap alam ciptaan Allah ini.


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Al-Qur’an berusaha mengangkat derajat manusia pada kedudukan yang tinggi, dengan memberikan kemampuan kepadanya untuk melihat dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Orang yang berilmu pengetahuan dan yang memiliki akal yang mampu melihat hakitat alam semesta, kekuasaan yang hak, yang mengendalikan dan mengatur keseluruhannya.
Setelah manusia diciptakan, Allah menganugrahi manusia dengan pengetahuan dan pengertian unsur dari alam semesta agar dapat menggali dan memanfaatkan kekayaan yang ada di bumi dan ada di langit bagi kesejahteraan hidupnya. Kekayaan pengetahuan inilah yang mengangkat kedudukan manusia di atas mahluk lainnya. Sehingga tugas manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang ada di bumi, yaitu untuk memelihara dan melestarikan alam semesta ini agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidupnya.
 
B.    Penutup
Demikian uraian yang telah penulis paparkan, melalui makalah ini penulis memohon maaf apabila dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, maka  dengan ini penulis mohon kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA


Alamendah. 2009. Manusia, Khalifah Penjaga Kelestarian Alam (Artikel). Posted on 25 Agustus 2009
Harahap, Adnan dkk.1997.  Islam dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy.
_______________, 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: C.V Diponegoro.
Posting Selanjutnya Posting Sebelumnya
No Comment
Tambah Komentar
comment url